Hanya ekonomi hijau pembangunan berkelanjutan yang dapat menyelamatkan dunia melalui dukungan investasi publik dan swasta untuk menciptakan infrastruktur yang mendorong keberlanjutan sosial dan lingkungan.
Pentingnya ekonomi hijau adalah mendorong perekonomian menjadi lebih berkelanjutan dan rendah karbon. Juga, memastikan bahwa aset alam terus menyediakan sumber daya dan jasa lingkungan untuk kelangsungan kesejahteraan kita.
Ekonomi hijau mengambil perspektif jangka panjang, dengan fokus pada cara sumber daya yang digunakan untuk memberikan nilai kepada masyarakat.
BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Entrepreneurial Leadership
BACA JUGA: Memilih Pemimpin Menuju Indonesia Emas
Ini bukan hanya tentang sumber bahan bakar rendah karbon, tetapi juga tentang bagaimana efisiensi dan kecukupan sumber daya dapat dipupuk untuk menciptakan kekayaan, ketahanan, dan kesejahteraan bagi masyarakat saat ini dan masa depan, sambil tetap menghormati batasan ekologis planet kita.
Mulai investasi pada kesejahteraan hingga praktik berkelanjutan, karakteristik ekonomi hijau bersifat inklusif dan nondiskriminatif. Itu adalah model yang selain meningkatkan kesejahteraan, juga menjamin pengurangan risiko lingkungan dan kelangkaan sumber daya secara signifikan.
BACA JUGA: Sisi Kelam Indonesia Emas 2045
BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi
LANGKAH DAN KONSISTENSI INDONESIA UNTUK EKONOMI HIJAU
Cepat atau lambat setiap individu menyadari bahwa kita tidak bisa lagi menjalani hidup seperti yang sekarang kita jalani. Ekonomi hijau adalah suatu keharusan, betapa pun besarnya investasi global yang dibutuhkan untuk masa depan yang ramah lingkungan dan berketahanan iklim.
Pengurangan emisi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, seperti yang terlihat dalam beberapa dekade terakhir, di mana pertumbuhan menjadi jauh lebih sedikit emisinya, walaupun selalu ada upaya untuk peningkatan emisi.
Masih banyak lagi yang perlu dilakukan dan diselesaikan dengan cepat. Belajar dari negara-negara lain, investasi ramah lingkungan telah berkembang dengan pesat di negara-negara maju dan Tiongkok.
BACA JUGA: Bangun Optimisme Jatim Menuju Indonesia Emas 2045
Pemotongan subsidi bahan bakar fosil yang berbahaya dapat membantu menciptakan ruang fiskal yang diperlukan untuk investasi ramah lingkungan lebih lanjut. Upaya terbesar harus dilakukan negara-negara emerging market dan berkembang lainnya, yang perlu meningkatkan pertumbuhan investasi hijau secara besar-besaran dan mengurangi investasi bahan bakar fosil.