Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Entrepreneurial Leadership

 Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Entrepreneurial Leadership

ILUSTRASI menuju Indonesia Emas 2045 dengan entrepreneurial leadership.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

PEMIMPIN dituntut berwawasan entrepreneur”. Demikian slogan yang sering kita dengar dari celotehan publik, bahkan jajak pendapat dari beberapa para pejabat politik dan pemerintahan, dalam beberapa kesempatan. 

Pasca pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, pada 27 November 2024 akan terselenggara kembali pesta demokrasi lanjutan. Yaitu, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, termasuk di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur.  

Walaupun masih menyisakan banyak pertanyaan di seputar pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif, kita harus tetap menyiapkan diri kembali untuk memilih calon kepala daerah yang mampu mengatasi permasalahan sekaligus memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.

BACA JUGA: Memilih Pemimpin Menuju Indonesia Emas

Juga, mampu mendukung segala aspirasi positif masyarakat. 

Gaya kepemimpinan yang ”blusukan” dewasa ini menjadi pola yang seolah cocok dan pas di hati masyarakat sebagai ”pemimpin idola rakyat/wong cilik” karena dapat tampak dekat dan membaur jadi satu dengan rakyat sehingga bisa merasakan apa yang tengah dirasakan masyarakat. 

Namun, benarkah gaya tersebut yang paling cocok dengan masyarakat? Pada dasarnya, rakyat menginginkan dukungan pemimpin (perceived supervisor support). 

Dukungan itu dapat dirasakan masyarakat ketika mereka melihat pemimpinnya dekat dan membaur menjadi satu dengan mereka, mendengarkan keluhan mereka, dan dengan cepat menindaklanjutinya. 

BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi

Di satu sisi, rekam jejak seorang pemimpin dengan mudah ditemukan masyarakat di era digital saat ini. Para pemimpin yang mempunyai ”noda” pasti segera viral dan menjadi rapor merah bagi diri mereka yang sulit dilupakan dan dihilangkan. 

Di sisi lain, Pemimpin tidak dapat mengenali satu per satu masyarakat yang akan mereka layani. Namun, tuntutan bagi para pemimpin harus tetap mengenali permasalahan utama yang ada di masyarakat dan dapat segera dicarikan solusi serta penyelesaiannya.

Pemimpin adalah panutan sehingga segudang tuntutan bahwa pemimpin adalah ”orang baik/tanpa rapor merah” menjadi penilaian utama. Berintegritas, mampu merangkul semua golongan, mampu menjadi pendengar yang aktif, dan siap siaga manakala masyarakat membutuhkan. Bersih dari korupsi kolusi nepotisme (KKN) juga adalah suatu kriteria wajib.

BACA JUGA: Tantangan Inklusi Keuangan Digital: Menuju Indonesia Emas 2045

Di tengah keterbatasan dan ketidakpastian yang dihadapi pascapandemi Covid-19 ini, pemimpin yang memiliki pola pikir yang menekankan pada manajemen risiko strategis dengan terus membangun sistem yang dinamis, terus mengadakan perubahan, dan mampu mencari peluang dan cara baru serta mampu berinovasi juga merupakan pemimpin ”idola masyarakat”. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: