HARIAN DISWAY - Sebanyak 8,5 juta orang kelas menengah turun ‘kasta’. Penyusutan itu terjadi sepanjang 2018 hingga 2023.
Hal itu berdasarkan laporan terbaru LPEM Universitas Indonesia (UI) yang mengklasifikasikan menggunakan standar Bank Dunia.
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Yorga Permana menduga bahwa merosotnya jumlah kelas menengah itu dikarenakan masyarakat memperoleh sulit mendapat pekerjaan yang layak.
BACA JUGA:Kelas Menengah Menyusut, BPS Sebut Ekonomi Nasional Rentan Guncangan
BACA JUGA:Pemerintah Berjanji Prioritaskan Kelas Menengah Untuk Cegah Perlambatan Ekonomi
Terutama pekerjaan dengan gaji yang stabil. Masih sangat sulit diperoleh. Sehingga, banyak warga terpaksa menjadi driver ojek online (ojol) dan kurir.
Padahal, kata Yorga, sebetulnya mayoritas driver ojol ingin beralih ke pekerjaan di sektor formal.
Ribuan Ojol di Patung Kuda Teriak Lawan Aplikator, Hapus Double Order!-Disway/Cahyono-
Namun, mereka tidak punya banyak pilihan selain terus bekerja di sektor yang disebut gig worker tersebut.
BACA JUGA:Bikin Heran! Konsumsi Air Galon Ternyata Turut Menggerus Pendapatan Kelas Menengah Indonesia
BACA JUGA:9,48 Juta Kelas Menengah Rentan Turun ‘Kasta’, Banyak dari Gen X dan Milenial
“Sekitar 66 persen dari mereka ingin kerja jadi pegawai atau buruh tapi mereka tetap bekerja di sektor gig karena tidak ada pilihan lain," kata Yorga dalam diskusi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) berjudul Kelas Menengah Turun Kelas, dikutip Selasa, 10 September 2024.
Tentu saja, jumlah pekerja di sektor gig yang terus meningkat itu menyimpan ancaman tersendiri bagi perekonomian.
Sebab, pekerja gig tidak memiliki upah bulanan dan tidak memiliki kepastian pendapatan.
BACA JUGA:9,48 Juta Kelas Menengah Rentan Turun ‘Kasta’, Banyak dari Gen X dan Milenial