Kata Nelayan Surabaya soal Reklamasi Kenjeran, Terancam Kehilangan Pekerjaan!

Senin 16-09-2024,05:55 WIB
Reporter : Novia Herawati
Editor : Retna Christa

"Saya menolak. Berharap sih tidak terjadi seperti itu," kata Mustakim pada Harian Disway, Minggu pagi itu. "Kalau tidak jadi nelayan, saya bingung mau jadi apa lagi. Karena sejak kecil sudah cari ikan," ungkapnya.


Spanduk berisikan penolakan rencana reklamasi terpasang di sekitar Pantai Kenjeran, Minggu, 15 September 2024.-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway -

Mustakim bercerita bahwa ia sudah menjadi nelayan sejak usia 15 tahun. Kini, usianya sudah menginjak 32 tahun. Itu artinya, Mustakim sudah 17 tahun menjadi nelayan.

BACA JUGA:Proyek Reklamasi Kenjeran Tuai Kritik, Kajian Operator Masih Dangkal

BACA JUGA:Mahasiswa ITS dan Kelompok Massa Gelar Aksi Tolak Reklamasi di Surabaya, Bagikan Cangkang Karang ke Warga

Asam garam air laut sudah dirasakan. Mulai dari tangkapan yang sedikit karena cuaca, hingga jauhnya lokasi mencari ikan. Bahkan, ia harus menempuh sekitar dua jam untuk sampai ke lokasi penangkapan.

"Saya seminggu tiga atau empat kali melaut. Cari ikan kakap putih dan kerapu. Kadang juga cari kerang," jelasnya. "Kalau Sabtu-Minggu gini, saya jadi ojek perahu wisata di Pantai Kenjeran," papar Mustakim.

Nelayan lainnya, Samsu Duha, juga menyampaikan keresahan serupa. Pria berusia 29 tahun tersebut menolak proyek reklamasi kenjeran karena dinilai akan mengganggu aktivitas nelayan.


Masyarakat nelayan di daerah Kenjeran dan sekitarnya membentangkan spanduk tanda protes rencana Reklamasi pantai utara Surabaya-KNTI-

BACA JUGA:Sekelompok Massa Gelar Aksi Tolak Reklamasi, Eri Cahyadi Beri Respons Singkat

BACA JUGA:KNTI Kritik Rencana Reklamasi Pantai Utara Surabaya: Bisa Mengancam Nelayan Kecil

"Warga sini mayoritas nelayan menolak. Yang kami takutkan bukan hanya sekarang, tapi besok-besok ketika anak-anak kita sudah besar, cari uangnya tambah susah," ucapnya.

Sambil membersihkan perahu, Samsu bercerita bahwa saat ini nelayan merasa kesusahan untuk mencari ikan. Laut yang semakin dangkal akibat hutan mangrove menjadi salah satu persoalan.

Belum lagi endapan lumpur juga mengganggu nelayan beraktivitas. Sam khawatir bila proyek reklamasi benar-benar dilanjutkan, bagaimana cara ia menafkahi anak dan istrinya.

"Soalnya laut kami itu susah cari ikan, apalagi kalau dibangun reklamasi, mungkin sepuluh kali lebih susah dari sekarang," ujar pria yang sudah menjadi nelayan selama 12 tahun. (*)

Kategori :