Kebahagiaan seseorang tak akan sama dengan siapa pun. Seperti yang ditulis Wang Can 王粲 (177–217), politisi sekaligus penyair era dinasti Han Timur, "人各有志" (rén gè yǒu zhì): setiap orang punya sumber kebahagiaan, keinginan, atau tujuannya masing-masing.
Begitu pula dengan Wina Bojonegoro. Ketika menginjak usia 60 pada tahun ini, Wina merasakan bahwa pemahamannya tentang kebahagiaan yang berbeda untuk masing-masing orang itu makin mapan.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan: Hian Tjen Desainer You Zhi Zhe Shi Jing Cheng
Sebagai novelis, penerima Anugerah Sabda Budaya dari Universitas Brawijaya pada 2018 itu superbahagia ketika di usia 60 tahun (yang sering dikatai sebagai jompo dan lain-lain itu) malah ditandainya dengan meluncurkan buku. Jika sebelumnya novel dan kumpulan cerpen, kali ini istri pelukis Yoes Wibowo ini menulis buku puisi. Jadi yang pertama pula.
Berjudul Bilangan 60, buku ini menjadi semacam filosofi yang menegaskan tentang kebahagiaan Wina yang telah getol menulis sejak 1988. Bahwa sudah sejauh ini seorang Wina, sudah sematang ini cara berpikirnya, sudah di taraf ini pula cara dia merefleksikan pengalaman hidupnya. “Itulah bahagia. Semua lebih dari hitungan angka,” kata ibu tiga anak itu.
Tentang bukunya, Wina mengajak setiap orang untuk mudah mendeteksi kebahagiaannya sendiri. Termasuk lewat puisi. Katanya, “Menyusuri puisi-puisi dalam kumpulan sajak ini, maka kita akan menemukan banyak elusan kecil, teguran manis, colekan lembut lewat diksi dan tema puisi”.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan: Mohammad Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2009-2014: Gang Zheng Bu E
Sebenarnya Wina tak percaya diri bahwa dia bisa menulis puisi. Tapi dia melakukannya untuk memberikan kebahagiaan pada dirinya sendiri bahwa dia bisa. “Kata-kata dalam puisi saya itu menjadi bagian saya menerjemahkan kebahagiaan. Tanpa menjadi hakim yang mengarahkan telunjuknya pada siapapun,” terang pendiri komunitas menulis Perempuan Penulis Padma (PERLIMA) sejak 2021 itu.
Dalam puisi itu pula, Wina yang telah menuils 8 buku tunggal itu berani menyatakan diri bahwa dia kadang malu dan ragu untuk mengakui memiliki banyak kekurangan. “Dengan menulis puisi, betapa semua kekurangan diri kita itu penting dan perlu untuk diolah agar menjadi kebahagiaan,” bebernya.
Banyak hal sepele yang dianggap Wina sebagai bahagia. Misalnya ketika mendadak mendapatkan order mengelola event di Lombok saat dia tengah menangani grup travelling di Batu. “Ada dukanya. Saya merombak tim lalu saya berangkatkan satu tour leader ke Lombok. Tiba-tiba pada hari H diminta menyiapkan live streaming karena ada narasumber batal hadir. Ketika semua bisa ditangani, saya bahagia,” terangnya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pllihan Gabriel Prince Aktor: Zi Qiang Bu Xi
Sebagai womenprenuer, banyak hal yang menuntut Wina bekerja semacam Bandung Bondowoso. Sebagai penyedia layanan wisata, semua harus bisa dan tersedia dalam tempo cepat. “Saya bahagia meskipun tantangannya juga wow. Setidaknya saya bisa numpang jalan-jalan kan?” ujar nenek lima cucu yang telah menjalankan bisnisnya sendiri yakni Padmatour Organizer (2011), Padmedia Publisher (2014), dan Omah Padma (2017) ini.
Jangankan kebahagiaan tentang pekerjaan yang mendatangkan cuan, tentang urusan dengan kucing, kambing, atau burung yang dia pelihara di Omah Padma pun membuatnya bahagia. “Bener lho. Saya melihat kambing saya sehat sudah bahagia. Sebab saya dan suami telah mengalami empat kematian kambing. Sedihnya parah. Jadi, nikmati yang ada saja ya. Jangan lupa bahagia,” tegasnya. (Heti Palestina Yunani)