Ekspos Karya-Karya UMKM: Gastrodiplomasi Cairkan Hubungan Antarbangsa

Jumat 18-10-2024,22:00 WIB
Oleh: Hendy Setiono*

Dikenalnya kebudayaan Indonesia secara internasional itulah yang nantinya mencairkan hubungan Indonesia dengan bangsa lain. Tidak banyak diketahui jika hal sekecil isi perut dapat berdampak terhadap terjalinnya berbagai kerja sama antarbangsa yang luar biasa. 

Dimulai dari menjamurnya UMKM kuliner di Indonesia, kesempatan kolaborasi atau diplomasi Indonesia dengan negara lain akan lebih terbuka lebar. 

Strategi pendayagunaan kenikmatan kuliner tersebut sudah sejak lama diterapkan dan disebut sebagai gastrodiplomasi. Terminologi gastrodiplomasi itu pertama dicetuskan tahun 2002 oleh surat kabar The Economist. Gastrodiplomasi sendiri merupakan jenis diplomasi 

BACA JUGA:Thrifting: Memukul atau Memikul UMKM

BACA JUGA:Digitalisasi UMKM dan Ancaman Resesi Global

yang menjadikan cita rasa dari makanan khas suatu negara sebagai alat pengenalan budaya negaranya. The Economist menyoroti pemerintah Thailand yang berhasil mengusung kuliner negaranya sebagai agen besar yang menjalankan diplomasi negaranya. Alhasil, banyak restoran Thailand yang menduduki berbagai wilayah di dunia. 

EKSPANSI PASAR GLOBAL DENGAN CITA RASA NUSANTARA 

Gastrodiplomasi sebagai bentuk dari diplomasi publik tidak hanya melibatkan aktor pemerintahan, tetapi juga aktor non pemerintah. Di sinilah masyarakat Indonesia sebagai agen-agen perubahan berperan penting bagi kemajuan bangsa di kancah internasional. 

Nusantara yang memiliki keanekaragaman kuliner tentu menjadi poin tambah bagi Indonesia untuk menaikkan nation branding. Misalnya, Windownesia yang telah menjadi program dari nation branding yang secara khusus bertujuan memamerkan dan memasarkan produk-produk Indonesia ke mancanegara. 

Artinya, Windownesia merupakan salah satu contoh nyata alat diplomasi bagi Indonesia. 

Dengan begitu, diplomasi Indonesia terhadap negara lain bukan lagi hal yang menakutkan. Tingginya keragaman kuliner Nusantara, tingginya pelaku UMKM, hingga tersebarnya jutaan diaspora dapat menjadi senjata pengenalan ibu pertiwi ke khalayak dunia. 

Oleh karena itu, suburnya UMKM kuliner di Indonesia patut dioptimalkan guna menjadi alat diplomasi yang ampuh. Walaupun begitu, keberhasilan gastrodiplomasi tersebut tidak dapat digapai secara cuma-cuma dan hanya bergantung terhadap kuantitasnya, tetapi juga kualitas yang berdaya saing. 

Berikut tiga hal utama yang perlu diperhatikan UMKM untuk dapat naik kelas guna mengekspansi pasar ekspor. 

Pertama, kualitas. Kualitas produk adalah kapabilitas produk dalam menjalankan fungsi-fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan, dan ketelitian yang dimiliki produk secara keseluruhan (Kotler dan Keller dalam Setyawati 2023). Dalam aspek kualitas, faktor teknis produksi menjadi hal yang paling krusial. 

Teknis produksi itu meliputi kegiatan pemilihan bahan baku, proses produksi hingga pascaproduksi yang juga meliputi pengelolaan limbah. Dalam kuliner, kualitas dapat dinilai salah satunya dari cita rasa. Kesulitan yang sangat umum dialami makanan lintas negara adalah penyesuaian selera dengan penduduk lokal. Kebab Turki Baba Rafi yang mendunia contohnya. 

Memiliki 1.300 outlet yang tersebar di total sepuluh negara, Kebab Turki Baba Rafi yang menjajakan kebab sebagai makanan khas Turki selalu berinovasi terhadap rasa dan kualitas. Misalnya, menu seasonal-nya, Kebab Cheesy Black Ayam Geprek KTBR X Sara Fajira merupakan bukti inovasi Kebab Turki Baba Rafi dalam memadupadankan kebab sebagai makanan khas Timur Tengah dengan ayam geprek yang identik dengan menu favorit masyarakat Indonesia. 

Kategori :