Memitigasi Middle Income Trap Melalui Orkestrasi Kebijakan Strategis

Kamis 24-10-2024,11:14 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Kelima, transformasi ekonomi yang boros biaya memiliki andil sebagai faktor penyebab adanya middle income trap. Hal tersebut dapat terjadi karena road map transformasi ekonomi tanpa dibarengi dengan penerapan birokrasi yang efisien.

EKONOMI YANG EFISIEN

Pemerintah perlu mengorkestrasi sejumlah kebijakan strategis agar dapat keluar dari middle income trap

Pertama, pengembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini UMKM berkontribusi sekitar 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. 

Untuk mengoptimalkan potensi itu, pemerintah perlu meningkatkan akses pembiayaan, memberikan pelatihan keterampilan, dan mendukung pemasaran digital bagi UMKM. 

Melalui terobosan itu, diharapkan UMKM dapat naik kelas dan berpartisipasi dalam rantai pasok global yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. 

Kedua, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas utama. Indonesia telah mengalami bonus demografi sejak 2015 dengan periode puncaknya diperkirakan terjadi pada 2020–2035. Oleh karena itu, reformasi pendidikan yang menyeluruh sangat signifikan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan inovatif. 

Pemerintah perlu memastikan bahwa kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan industri dan mendorong program pelatihan vokasi yang relevan. Dengan peningkatan kualitas SDM, diharapkan Indonesia mampu memaksimalkan produktivitas dan daya saing di pasar global. 

Ketiga, mengendalikan stabilitas makro ekonomi melalui pengelolaan fiskal yang hati-hati. Defisit anggaran yang tinggi dapat menghambat laju investasi dalam infrastruktur dan program sosial yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. 

Pemerintah harus berupaya menekan inflasi di bawah 3 persen dan menjaga defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen. Kebijakan itu akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan mendorong pertumbuhan yang lebih akseleratif. 

Keempat, pemerintah perlu mendorong inovasi dan teknologi sebagai bagian dari strategi diversifikasi ekonomi investasi dalam penelitian dan pengembangan. Inovasi dan teknologi perlu tetap ditingkatkan untuk menciptakan produk-produk inovatif yang dapat bersaing di pasar internasional. 

Dengan memanfaatkan teknologi tinggi, sektor-sektor seperti manufaktur dan digitalisasi dapat berkembang pesat sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam. Hal itu penting untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 

Keberhasilan suatu negara keluar dari MIT merupakan contoh penting bagi Indonesia dalam merumuskan strategi pembangunan. Yang menunjukkan bahwa diversifikasi ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia adalah strategi yang efektif. 

Keberhasilan Taiwan dalam mengorkestrasi elemen pendidikan teknis dan vokasional, serta mendorong penelitian dan pengembangan di sektor teknologi tinggi, telah mengantarkan negeri seteru Tiongkok itu mengejar ketertinggalannya. 

Dengan mengembangkan industri berbasis teknologi, Taiwan tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi. Pendapatan per kapita Taiwan meningkat secara signifikan, mencapai sekitar USD 34.000 pada 2023, menandakan transisi yang sukses menuju status negara berpendapatan tinggi. 

Contoh lain yang relevan adalah Singapura, yang berhasil keluar dari middle income trap dengan pendekatan berbasis kebijakan probisnis dan investasi infrastruktur yang kuat. Negeri jiran itu berhasil mengadopsi kebijakan terbuka terhadap investasi asing dan menciptakan iklim bisnis yang kondusif melalui regulasi yang efisien melalui penerapan e-bureaucracy. 

Kategori :