Mencermati Perbedaan Standar Kemiskinan BPS versus Bank Dunia

ILUSTRASI Mencermati Perbedaan Standar Kemiskinan BPS versus Bank Dunia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BANK DUNIA, melalui macro poverty outlook, menyebutkan bahwa pada 2024 lebih dari 60,3 persen penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Sebaliknya, menurut data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta jiwa.
Perbedaan angka itu memang terlihat cukup besar sehingga sempat memunculkan kecurigaan apakah angka kemiskinan sengaja dimanipulasi untuk menutupi kegagalan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Benarkah demikian?
Penting untuk dipahami secara bijak bahwa sebetulnya kedua indikator yang dipakai, baik menurut BPS maupun Bank Dunia, tidaklah saling bertentangan. Perbedaan itu muncul disebabkan adanya perbedaan standar garis kemiskinan yang digunakan dan untuk tujuan yang berbeda.
BACA JUGA:Khofifah Targetkan 0 Persen Kemiskinan Ekstrem di Jatim Pada Tahun 2026
BACA JUGA:Penanggulangan Kemiskinan di Daerah: Strategi Perencanaan Pembangunan Daerah
Garis kemiskinan merupakan indikator penting untuk mengukur tingkat kemiskinan di suatu negara. Indikator itu menentukan siapa yang dikategorikan miskin berdasarkan pendapatan atau pengeluaran.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki metodologi tersendiri untuk menetapkan garis kemiskinan, yang berbeda dengan pendekatan yang digunakan Bank Dunia.
Dalam World Development Report 1990, Bank Dunia menegaskan: How many poor are there? Where do they live? What are their precise economic circumstances? Answering these questions is the first step toward understanding the impact of economic policies on the poor.
BACA JUGA:Percepat Zero Kemiskinan Ekstrem via Integrasi Keuangan Sosial Islam
BACA JUGA:Merdeka dari Kemiskinan
Padahal, mengukur kemiskinan bukanlah pekerjaan mudah. Kemiskinan adalah fenomena multidimensi. Persepsi tentang kemiskinan juga dapat berubah seiring waktu yang dipengaruhi oleh aspek kultural dan geografis. Makin sejahtera suatu masyarakat, persepsi mengenai kemiskinan juga berubah.
Dalam laporan yang dirilis awal April 2025, Bank Dunia menggunakan tiga pendekatan atau standar garis kemiskinan yang berbeda untuk memantau pengentasan kemiskinan secara global dan membandingkan tingkat kemiskinan antarnegara.
Pertama, dengan patokan international poverty line untuk menghitung tingkat kemiskinan ekstrem dengan besaran USD 2,15 per kapita per hari.
BACA JUGA:Inefisiensi Anggaran Kemiskinan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: