Dalam sebuah pertandingan final besar, sering ada pemain yang sengaja disimpan untuk kemudian diturunkan pada saat yang tepat.
Pemain itu punya kemampuan untuk menjadi game changer yang bisa mencetak gol pada saat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, gol penentu kemenangan itu dicetak pada injury time.
Para penggila bola tentu masih ingat final sepak bola Liga Champions Eropa 1999 yang menampilkan Bayern Munich melawan Manchester United (MU). Pertandingan berlangsung sangat ketat dan MU tertinggal satu gol sampai dengan menit terakhir.
BACA JUGA:Khofifah Blusukan ke Pasar Blimbing Malang, Ajak Pedagang Coblos Nomor 2 di Pilgub Jatim
BACA JUGA:Risma-Gus Hans Harus Menang, Kalah Sanksi Pecat
Bayern sudah merasa akan menang. Namun, MU punya pemain dengan tipe game changer para diri Ole Gunnar Solskjaer. Pemain dengan tampilan baby face itu mencetak gol pada detik terakhir.
Ia ”membunuh” lawannya dengan tersenyum, seperti Billy the Kid menembak lawannya sambil tertawa.
Karakter game changer itu ada pada diri Emil Dardak dan Gus Hans. Khofifah maupun Risma akan sama-sama mengandalkan wakil-wakilnya itu untuk bisa mengubah hasil permainan.
Dua tokoh tersebut punya banyak kemiripan. Sama-sama muda dan sama-sama punya penampilan charming yang diharapkan bisa menarik perhatian pemilih milenial dan pemilih dari kalangan emak-emak.
Emil sangat berhati-hati menjaga citranya sebagai politikus yang santun dan andap asor. Usianya masih muda, tetapi pengalaman politiknya meyakinkan. Karier politiknya di Jatim dimulai ketika mengikuti kontestasi pemilihan bupati Trenggalek, berpasangan dengan Muhammad Nur Arifin, pada 2015.
Pasangan yang sama-sama belia itu diusung PDIP dan bisa menang dengan sangat meyakinkan.
Belum genap menyelesaikan masa baktinya selama lima tahun, Emil dipinang Khofifah untuk menjadi calon wakil gubernur pada pilgub 2018. Emil membuat PDIP meradang karena partai banteng itu sudah menjagokan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dengan Abdullah Azwar Anas sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Emil tetap bersikeras maju dan meninggalkan PDIP untuk berlabuh ke Partai Demokrat. PDIP berang dan kecewa oleh sikap Emil yang dianggap berkhianat.
Namun, Emil terbukti sukses menjadi game changer. Bersama Khofifah, ia bisa menumbangkan petahana Gus Ipul –yang belakangan ganti pasangan dengan Puti Guntur Soekarno.
Emil berhasil menambal kelemahan Khofifah yang lebih kuat pada segmen pemilih nahdliyin, terutama Muslimat. Emil banyak mendulang suara dari pemilih nasionalis dan pemilih rasional yang baru menentukan pilihan pada injury time.
Emil terus menyala. Ia kemudian didesain untuk menjadi ketua Partai Demokrat Jawa Timur. En route –dalam perjalanan– ia berbenturan dengan sesama kader Demokrat, yaitu Bayu Airlangga, yang merupakan menantu Pakde Karwo, mantan gubernur Jatim dua periode.