Refleksi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024: Pemuda dan Nasionalisme Organik

Senin 28-10-2024,13:03 WIB
Oleh: Umar Sholahudin*

Ideologi itulah yang coba disemburkan ke berbagai pelosok dunia untuk bisa diterapkan sebagai ideologi tunggal dalam praktik pembangunan. Kita hidup di dalam dunia transformasi yang memengaruhi hampir setiap aspek dari apa yang kita lakukan. 

Entah baik atau buruk, kita didorong masuk ke tatanan global yang tidak dipahami sepenuhnya oleh siapa pun, tetapi dampaknya dapat dirasakan kita semua. Itulah yang disebut Giddens sebagai globalisasi (Giddens, 2001:1).

Kondisi tersebut, seperti yang digambarkan futurolog John Naisbit dan Alvin Tofler, sebagai gambaran dunia yang makin sempit. Sebagaimana dikemukakan ahli komunikasi Kanada, McLuhan, dunia bagaikan suatu kampung besar (global village). 

BACA JUGA:Maknai Sumpah Pemuda, Perpustakaan Petra Christian University Gelar Pameran Poster dan Menggambar On The Spot

BACA JUGA:Peringati Hari Sumpah Pemuda, OPSHID Bangun 66 Unit Rumah Layak Huni

Kita tak dapat melepaskan diri dari kehidupan global. Batas-batas teritorial sebuah negara dipahami bukan sekadar batas geografis yang memisahkan sebuah negara dengan negara lain, melainkan batas-batas budaya, yang memisahkan sebuah komunitas budaya yang satu dengan yang lain. 

Mengikuti integrasi sistem ekonomi nasional ke dalam sistem ekonomi global, dalam aspek budaya pun akan terjadi hal yang sama. Globalisasi menuntut adanya pengintegrasian sistem budaya nasional ke dalam sistem budaya global yang liberalistis. 

Dalam pandangan kaum modernisme, globalisasi dan modernisasi akan melahirkan homogenisasi kultural (penyeragaman budaya). 

BACA JUGA:Peringati Sumpah Pemuda ke-95, Pramono Anung: Anak Muda Jangan Jadi Generasi Instan!

BACA JUGA:5 Organisasi Pemuda yang Menjadi Bibit Lahirnya Hari Sumpah Pemuda

TANTANGAN PEMUDA INDONESIA 

Salah satu tantangan yang dihadapi para pemuda dan bangsa ini adalah globalisasi dan konsumerisme yang bergerak begitu cepat serta dampaknya begitu serius. 

Perlu diingat bahwa globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme bukanlah agenda atau proyek global yang tanpa nilai dan kepentingan. 

Globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme adalah proyek global yang dirancang dan dijalankan secara matang, terstruktur, dan sistematis oleh negara-negara industri maju (kapitalis) untuk menata sistem kehidupan global ini menjadi seragam sesuai dengan nilai, ideologi dan kepentingan mereka. 

Konsekuensi dari rancangan global tersebut tentu saja akan berdampak pada hilangnya berbagai kearifan lokal dan beragaman budaya lokal. Pun, efek dominonya akan berdampak pada nasionalisme bangsa. 

Homogenisasi budaya yang dirancang dan disemburkan melalui globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme makin merombak tata laku dan pola perilaku budaya masyarakat (lokal). 

Kategori :