Seusai menjelaskan, dia bertanya pada anak-anak tentang benda apa saja yang bisa dibuat dari daur ulang plastik.
Jawaban anak-anak beragam. Ada yang menjawab botol, meja, bahkan mobil. Tentu jawaban polos itu mengundang tawa penonton.
"Banyak barang-barang yang bisa dibuat dari daur ulang plastik. Bahkan produk daur ulang tersebut punya nilai ekonomi atau harganya yang lebih tinggi ketimbang plastik itu sendiri," ungkapnya.
Setelah memberi penjelasan panjang-lebar, film pertama pun diputar.
BACA JUGA:4 Cara Mudah Jaga Lingkungan, Mulai dari Diri Sendiri
Sesi tanya jawab setelah pemutaran film Science Film Festival-Vincentius Andito-
Judul film itu: Pia dan Alam Bebas. Film itu berjenis semi dokumenter. Membahas bagaimana cara warga Munich mengatasi kurangnya lahan bercocok tanam.
Ternyata Warga Munich memanfaatkan atap-atap gedung untuk bertani dan berkebun. Sebab, di sana sangat minim lahan kosong yang bisa dijadikan ruang terbuka hijau.
Selain untuk mendapatkan hasil seperti buah dan sayur, atap-atap di sana juga dimanfaatkan untuk beternak.
Bayangkan, di Kota Besar sekelas Munich ternyata ada domba-domba Valais Blacknose yang diternakkan di atas atap.
Mereka bebas berkeliling di atas bersama ayam Brahman yang juga diternak di situ.
Tentu hal tersebut adalah salah satu solusi terbaik untuk wilayah perkotaan. Demi mengurangi emisi gas rumah kaca.
Di sisi lain, ternyata ada juga lahan terbuka hijau di atas yang dibiarkan tumbuh begitu saja. Sehingga terkesan seperti hutan dengan berbagai serangga dan hewan kecil yang hidup di sana.
Film kedua berjudul Neun 1/2. Berbeda dengan film sebelumnya, Neun 1/2 membahas tentang kimia. Yakni tentang bagaimana gas hidrogen bisa didapat. Ternyata gas tersebut dibuat dengan menggunakan energi listrik yang besar.
Sebagian besar sumber listrik di Jerman masih menggunakan batu bara dan sumber energi tak terbarukan.