Ada harapan agar media baik itu televisi, iklan, atau konten online mulai menampilkan realitas yang lebih inklusif. Gambaran seorang ayah yang memasak sarapan atau seorang ibu yang bekerja di kantor seharusnya menjadi sesuatu yang biasa. Bukan anomali.
freepick--
Tidak hanya itu, dukungan untuk tokoh perempuan yang berkarier dan tokoh laki-laki yang terlibat dalam urusan rumah tangga akan membantu mendobrak stereotip lama. Media bisa menjadi bagian dari solusi, bukan hanya mengulang masalah.
Pada akhirnya, polemik tayangan media dan stereotip gender ini bukan sekadar masalah tampilan. Ini adalah masalah tentang masa depan. Apakah kita ingin terus terjebak dalam peran tradisional yang membatasi, atau kita berani mengubah cara pandang? Semua ini bermuara pada satu hal: menghargai setiap pilihan, tanpa peduli apakah itu perempuan atau laki-laki yang memilih di mana mereka merasa bahagia dan berguna.
Media, dengan segala pengaruhnya, punya peran besar dalam membentuk masyarakat yang lebih inklusif. Tugas kita sebagai penonton adalah mendukung perubahan ini, menyuarakan pentingnya gambaran yang adil dan beragam. Karena pada akhirnya, peran bukan soal gender, tapi soal kemampuan dan kebahagiaan masing-masing. (*)
*) Muhammad Zulfa Hidayatulloh merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi asal Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, yang sedang menempuh mata kuliah komunikasi gender di bawah bimbingan Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si.