Asmudjo Jono Irianto menganggap bahwa karya seni keramik harus dapat perhatian lebih dari Masyarakat Indonesia-Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Antusiasme peminat workshop terhitung cukup tinggi. Sebab ada sekitar 15 orang yang hadir untuk mengikuti workshop itu. Karya seni keramik di Indonesia sebetulnya kurang mendapatkan perhatian. Karena itu, ARTSUBS mulai menggalakannya lewat acara-acara seperti itu.
Kurator ARTSUBS, Asmudjo Jono Arianto menganggap karya seni keramik harus mendapatkan apresiasi yang sama dengan karya seni lainnya. "Apalagi dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dengan produk-produk keramik," ucap Dosen FSRD ITB itu.
Apalagi pada sudut pandang materialisme seni tanah liat adalah salah satu yang membangun perabadan manusia. Tetapi, kini seni modern mengenyampingkan keramik sebagai seni karena hanya dilihat sebagai benda aplikatif. Sedangkan dalam sudut pandang seni kontemporer, keramikpun bisa jadi media untuk meluapkan ekspresi.
"Bisa dilihat di pameran ARTSUBS, banyak karya seni dari tanah liat," jelasnya sembari menunjuk ke arah gedung utama Pos Bloc yang berada di tengah. Di Indonesia seni keramik masih dianggap remeh oleh penikmat seni. Ia menunjukan perbedaan signifikan antara Indonesia dan Australia.
Di Indonesia seni keramik mungkin hanya berkisar ratusan ribu rupiah saja harganya. Tetapi kalau di Australia, harga seni keramik itu bisa mencapai 8 kali dari harga Indonesia. Sehingga Asmudjo berharap dengan diadakannya workshop keramik itu, masyarakat Indonesia bisa lebih menghargainya. (*)