Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Transformasi Dialektis

Jumat 15-11-2024,21:33 WIB
Oleh: Yudi Pratama Jasin*

PADA 2045 Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya, menandai pencapaian baru bagi bangsa ini. Visi ”Indonesia Emas 2045’ mencerminkan aspirasi besar untuk menjadi negara yang maju dan berkeadilan. 

Dalam rangka mewujudkan cita-cita itu, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menawarkan berbagai strategi untuk mengatasi tantangan ekonomi, politik, dan sosial yang dihadapi bangsa saat ini. 

Melalui visi yang berlandaskan prinsip ekonomi Pancasila, mereka berkomitmen untuk menciptakan transformasi yang berkelanjutan menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Dalam perspektif materialisme dialektis Karl Marx, perubahan masyarakat terjadi melalui proses dialektis, di mana kontradiksi-kontradiksi dalam tatanan sosial menuntut penyelesaian yang baru dan lebih maju. 

BACA JUGA:Ekonomi Hijau, Sebuah Harapan Indonesia Emas 2045

BACA JUGA:2045 Menuju Indonesia Emas, Peluang atau Ancaman?

Visi Indonesia Emas 2045 dapat dilihat sebagai sebuah respons terhadap kontradiksi dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi Indonesia yang selama ini diwarnai ketimpangan ekonomi, ketergantungan pada ekspor komoditas mentah, serta tekanan sosial akibat globalisasi. 

Prabowo dan Gibran, melalui visi mereka, berupaya mengatasi kontradiksi-kontradiksi itu, menjadikannya titik tolak bagi perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih progresif.

Prabowo dan Gibran mengusung visi ”Indonesia Maju” dengan basis ekonomi Pancasila yang bertujuan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

BACA JUGA:Bonus Demografi di Era Indonesia Emas 2045, Berkah atau Musibah?

BACA JUGA:Kebangkitan Kepemimpinan Nasional dan Indonesia Emas

Prinsip ekonomi Pancasila dalam pandangan materialisme dialektis dapat dipahami sebagai upaya menyelaraskan kebutuhan material rakyat dengan basis ideologi yang berpihak kepada kesejahteraan kolektif. 

Ekonomi Pancasila adalah bentuk adaptasi kapitalisme yang mengutamakan keseimbangan antara kebebasan pasar dan jaminan kesejahteraan sosial. 

Itu mencakup pembangunan infrastruktur, investasi pada pendidikan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai langkah nyata untuk memecahkan kontradiksi antara kemajuan kapitalis dan kesenjangan sosial.

BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Entrepreneurial Leadership

Kategori :