Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Transformasi Dialektis

Jumat 15-11-2024,21:33 WIB
Oleh: Yudi Pratama Jasin*

BACA JUGA:Memilih Pemimpin Menuju Indonesia Emas

Dalam buku Strategi Transformasi Bangsa, Prabowo mengusulkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebesar 6–7 persen per tahun mulai 2025, dengan harapan mengeluarkan Indonesia dari perangkap pendapatan menengah dan menuju status negara maju. 

Dalam perspektif materialisme dialektis, pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat sebagai bagian dari upaya dialektis untuk menciptakan basis material yang mendukung perbaikan kualitas hidup rakyat. 

Infrastruktur yang kuat adalah basis material untuk menopang sektor-sektor produksi dan distribusi yang akan membuka akses ekonomi bagi seluruh rakyat.

BACA JUGA:Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi

BACA JUGA:Tantangan Inklusi Keuangan Digital: Menuju Indonesia Emas 2045

Lebih jauh, gagasan Prabowo tentang pentingnya investasi pada infrastruktur dan SDM menunjukkan pemahaman bahwa materialisme dialektis memandang perkembangan ekonomi sebagai hasil dari transformasi material dalam masyarakat. 

Dengan menyediakan akses pendidikan dan pelatihan bagi rakyat, diharapkan akan tercipta kelas pekerja yang berdaya saing tinggi, yang mampu menghadapi perubahan besar dalam ekonomi global.

TANTANGAN MENUJU 2045: PERUBAHAN IKLIM, GEOPOLITIK, DAN DISRUPSI TEKNOLOGI

Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar di berbagai sektor, termasuk perubahan iklim, konflik geopolitik, dan disrupsi teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI). 

Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. 

Dari sudut pandang materialisme dialektis, perubahan itu adalah hasil dari kontradiksi dalam kapitalisme global yang mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, yang kemudian mengancam keberlangsungan hidup kelas pekerja. 

Dalam menghadapi tantangan itu, Prabowo dan Gibran menekankan pentingnya memperkuat pertahanan dan diplomasi nasional.

Disrupsi teknologi seperti AI juga menuntut peningkatan kualitas SDM agar siap menghadapi perubahan-perubahan besar di pasar tenaga kerja. 

Dalam kerangka materialisme dialektis, perkembangan teknologi bukan hanya menciptakan peluang, tetapi juga menimbulkan ketimpangan baru jika distribusi teknologi dan peluang kerja tidak merata. 

Oleh karena itu, pengembangan kemampuan SDM adalah langkah untuk menghadapi kontradiksi antara kemajuan teknologi dan kebutuhan material masyarakat.

Kategori :