HARIAN DISWAY - Dude Cowling -ibu dua anak- memutuskan untuk membuang gawainya. Alasannya, untuk menjaga kesehatan mental. Memang, banyak literatur yang mengungkap, gawai berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang.
Keputusan Cowling itu dapat dimaklumi. Siapa pun tahu, pengaruh gawai pada era digitalisasi saat ini sebenarnya sudah tidak dapat kita hindari lagi. Gawai menjadi barang yang tidak bisa lepas dari kegiatan sehari-hari.
Mulai dari fungsinya sebagai alat komunikasi, pencarian berita, perantara untuk bersosialisasi dalam dunia maya hingga pemanfaatannya pada dunia pendidikan. Terlebih lagi pada saat pandemi, gawai menjadi salah satu hal penting.
Menjadi alat penghubung satu sama lain untuk meminimalisasi interaksi langsung antar satu sama lain. Gawai kini telah menghapus batas interaksi bukan hanya untuk beberapa individu atau kelompok, tapi untuk seluruh dunia.
BACA JUGA: 5 Penyebab Gangguan Mental dan Cara Mengatasinya
BACA JUGA: Dokter PPDS Undip Bunuh Diri, PB IDI Minta Ada Dukungan Kesehatan Mental Untuk Peserta PPDS
Selain dari segi interaksi, kita dapat mengakses hal lain menggunakan gawai contohnya update berita dari seluruh sumber, sosial media hingga gim. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dari penggunaan gawai, terutama pada anak dan remaja.
Nah, keputusan Cowling itu juga demikian. Dia ingat salah satu momen yang memicu alasannya untuk mengambil keputusan tersebut. Ketika itu, saat ia mengajak anaknya bermain taman, ia melihat setidaknya ada 20 orang tua di sana.
Namun, mereka bukan fokus kepada anak-anaknya yang sedang bermain untuk mendampingi, melainkan fokus ke gawainya masing-masing. Dari kejadian itu, tak heran jika Cowling merasa prihatin. Itulah awal ia memutuskan membuang gawainya.
Siapa pun tahu, pengaruh gawai pada era digitalisasi saat ini sebenarnya sudah tidak dapat kita hindari lagi. Gawai menjadi barang yang tidak bisa lepas dari kegiatan sehari-hari. --iStockphoto
BACA JUGA: Hari Kesehatan Mental Sedunia: Cuaca Panas dan Kesehatan Mental Kita
Tapi Cowling bukan sama sekali tak bergawai. Tapi dia menggantinya dengan HP Nokia yang hanya bisa untuk telepon dan SMS. Selain Cowling, ada juga Alex Dunedin dan Lynne Voyce yang ikut memutuskan untuk membuang gawainya.
Berbeda dengan Cowling, Alex Dunedin dan Lynne Voyce punya alasan tersendiri mengapa mereka membuang gawainya yakni karena pertimbangan lingkungan, produktivitas, serta pengaruh buruk pada keluarga.
Dampak Positif Gawai
Dalam kehidupan, gawai telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam mendukung aktivitas sehari-hari dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek. Mulai dari komunikasi hingga akses layanan kesehatan dan pendidikan.
BACA JUGA: 5 Kiat Parenting Tionghoa, Efektif Mendidik Anak Mandiri dan Sukses
Di balik dampai negatif, gawai tetap memegang peranan penting dalam kehidupan modern. Terlebih lagi selama pandemi, teknologi ini menjadi alat penting untuk mengakses paspor Covid-19, kode QR, dan banyak layanan lainnya.