Hal itu selaras dengan konsep global, yakni berpikir secara global, tetapi bertindak sesuai dengan konteks lokal. Dengan membawa identitas nasional yang kuat, Indonesia dapat memberikan kontribusi unik dan bernilai dalam percaturan global.
Sebagaimana ditunjukkan Presiden Prabowo, kemampuan berbahasa inggrisnya merupakan keterampilan interpersonal yang strategis. Di sisi lain, jati diri Indonesia tetap menjadi titik yang tetap dijaga dan ditampilkan dalam setiap langkah diplomasi internasional.
ASET DIPLOMASI
Dalam diplomasi, bukan hanya pesan yang penting, melainkan juga bagaimana pesan tersebut disampaikan. Membawa nilai-nilai dan budaya Indonesia dalam komunikasi internasional dapat meningkatkan soft power Indonesia untuk memperkuat citra positif dan membedakan Indonesia dari negara lain.
Kebanggaan terhadap jati diri bangsa itu bukan hanya sebagai tameng dari pengaruh negatif globalisasi, tetapi juga menjadi modal sosial dan budaya yang memperkuat posisi Indonesia di dunia
Identitas nasional yang kokoh memungkinkan Indonesia berperan aktif dalam forum internasional dengan menawarkan perspektif berbasis kearifan lokal.
Sinergi antara penguasaan bahasa asing dan kebanggaan terhadap identitas bangsa menjadi strategi penting dalam diplomasi modern, memastikan Indonesia tetap relevan dan berdaulat di era globalisasi.
Oleh sebab itu, hal tersebut menjadi momentum berharga yang harus dimanfaatkan agar masyarakat Indonesia dapat berperan strategis dalam konstelasi global. Untuk itu, sejumlah langkah perlu mendapat perhatian.
Pertama, sistem pendidikan perlu memperkuat kemampuan berbahasa asing sekaligus tetap berlandaskan pada kesadaran budaya nasional.
Bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, dapat dijadikan sebagai salah satu kompetensi penting yang berfungsi untuk membuka peluang di kancah internasional. Namun, penting bagi pelajar Indonesia untuk memahami bahwa kemampuan itu hanyalah alat, bukan tujuan akhir.
Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai lokal, bahasa asing dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia.
Kedua, pemerintah dan masyarakat perlu menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi dan kesadaran budaya dalam konteks global. Kemampuan bahasa Inggris yang patut dipuji itu seharusnya dilihat sebagai salah satu aset diplomasi lunak Indonesia, yang dapat menjadi nilai tambah dalam membangun hubungan internasional.
Dengan sikap terbuka tetapi tetap kuat dalam jati diri bangsa, Indonesia akan mampu memainkan peran yang lebih besar dan berpengaruh di dunia global.
Ketiga, masyarakat harus didorong untuk memiliki rasa bangga terhadap jati diri bangsa. Di era digital dan keterbukaan informasi, sering kali kita melihat banyak individu yang lebih tertarik pada budaya asing daripada budaya daerah.
Akan tetapi, di sanalah tantangan bagi kita sebagai bangsa, bagaimana kita membangun rasa bangga yang kuat terhadap keunikan dan kekayaan budaya Indonesia di tengah kompetisi global yang makin ketat.
Dengan menyeimbangkan diplomasi lunak melalui bahasa asing dengan identitas bangsa yang kuat, Indonesia dapat memainkan peran aktif sekaligus strategis sebagai bangsa yang adaptif terhadap globalisme. Di sisi lain, Indonesia yang kaya akan budaya juga tetap bisa menjaga akar jati diri yang kuat.