BEBERAPA WAKTU LALU viral video Presiden Prabowo Subianto menelepon Donald Trump. Dalam tayangan itu, Prabowo menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Pada kesempatan itu, yang menjadi pusat perhatian adalah Prabowo mendapat pujian hangat dari presiden terpilih Trump.
Presiden Trump memuji kefasihan bahasa Inggris Prabowo Subianto saat mereka berbincang melalui telepon. Dalam percakapan tersebut, Trump mengucapkan selamat atas kinerja Prabowo dan menyebut bahasa Inggris-nya ”sangat bagus”.
BACA JUGA:Mengembalikan Naluri Berbahasa Indonesia
BACA JUGA:Menyemai Kebanggaan Bahasa di Bulan Bahasa
Momen itu menarik perhatian publik yang menyoroti kemampuan komunikasi lintas budaya Prabowo. Apa yang dilakukan presiden Indonesia itu dianggap dapat memperkuat diplomasi Indonesia di kancah internasional.
Pujian tersebut mungkin terdengar sederhana, tetapi dalam dunia diplomasi dan hubungan antarbangsa, aspek komunikasi seperti kemahiran berbahasa dapat memberikan dampak yang signifikan. Fenomena itu mengingatkan kita akan pentingnya penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Di samping itu, kemampuan berbahasa tersebut dapat menjadi aset strategis bagi bangsa Indonesia dalam membangun citra dan posisi antarbangsa. Persoalannya kemudian, bagaimana memosisikan kecakapan berbahasa asing tanpa mengesampingkan identitas nasional?
BACA JUGA:Bahasa, Alat Kekuasaan di Era Orde Baru
BACA JUGA:Tantangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Di sanalah bahasa asing, seperti bahasa Inggris, memiliki peran dalam menyeimbangkan diplomasi lunak dan identitas nasional.
DIPLOMASI BAHASA
Crystal (2003) menyebutkan bahwa bahasa Inggris telah lama dianggap sebagai bahasa global yang digunakan dalam interaksi dan komunikasi lintas negara. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, bahasa itu juga membuka akses ke berbagai sektor –pendidikan, ekonomi, teknologi, dan politik internasional.
Bahasa Inggris dalam hal ini merupakan lingua franca dalam pergaulan antarbangsa.
Dalam konteks Indonesia, kemampuan pemimpin negara untuk berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggris, seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Prabowo, membawa nilai tambah diplomatik yang tinggi.