HARIAN DISWAY - Dalam beberapa tahun belakangan, tingkat konsumsi susu sapi di Amerika Serikat menurun sangat signifikan. Hal tersebut diakibatkan banyaknya konsumen yang memilih mengkonsumsi susu nabati.
Biasanya orang memilih susu nabati karena tubuh mereka tidak toleran terhadap laktosa atau dilatarbelakangi oleh kepedulian lingkungan. Beberapa orang menganggap para peternak sapi perah tidak beretika.
Namun faktanya, susu nabati tidak terlepas dari isu masalah. Beberapa ahli memperingatkan akan risiko bahaya mengonsumsi susu nabati lebih banyak daripada susu sapi. Bahkan, terdapat penelitian yang membuktikan.
Bahwasanya susu nabati tidak selalu gizi yang setara dengan susu sapi. Setidaknya, dalam sepertiga susu nabati memiliki kadar gula yang hampir sama dengan susu stroberi atau cokelat. Peneliti juga menyebutkan.
BACA JUGA: Pemerintah Usulkan Susu Ikan Sebagai Pengganti Susu Sapi Untuk Program Bergizi Gratis
BACA JUGA: Studi Baru Ungkap Susu Sapi Terbukti Lebih Bernutrisi daripada Susu Nabati
Bahwa sebagian besar produk susu mengandung zat aditif dan pengemulsi. Hal tersebut membuat susu digolongkan sebagai makanan ultra-olahan. Makanan utra olahan itu disebut-sebut dapat menggangu sistem mikroba.
Dan dengan tambahan zat dan pengemulsi tersebut bisa saja memicu peradangan usus. Bahkan jika peradangan mencapai tahap kronis dapat meningkatkan risiko kanker. Pengelmusi tersebut biasanya ditambahkan dalam susu nabati.
Susu nabati tidak mengandung laktosa tapi mengandung pengemulsi yang berbahaya untuk mikrobioma yang ada di sistem pencernaan. --iStockphoto
Guna mencegah proses pemisahan dan menciptakan tekstur yang halus dan lembut.
BACA JUGA: Zulhas Minta Kementerian Utamakan Produksi Susu Lokal
Kanker Kolorektal Akibat Susu Nabati di Kalangan Usia Muda
Para ahli juga percaya bahwa paparan berlebih terhadap UPF meruapakan salah satu penyebab terbesar dalam meningkatnya angka kanker usus besar di kalangan usia muda.
Para dokter memperkirakan terdapat sekittar 53 ribu kematian di Amerika Serikat akibat kanker usus besar. Studi lain yang dilakukan pada 2021 menyebutkan bahwa mikrobioma dalam sistem pencernaan manusia memiliki peran yang sangat vital.
Apabila mikrobioma usus tersebut bertemu dengan pengelmusi maka mikrobioma yang terdiri dari bakteri, virus dan jamur tersebut akan mati. Salah satu peran vital mikrobioma adalah melawan kanker.
BACA JUGA: Peternak Buang Susu, Pemerintah Bekukan Izin Impor 5 Perusahaan
Oleh karena itu, konsumsi makanan ultra-olahan dengan pengemulsi akan mematikan mikrobioma tersebut dan meningkatkan risiko terjadinya kanker kolektoral. Ada penjelasan Dr. Maria Abreu tentang hal itu.
Profesor kedokteran, mikrobiologi, dan imunologi di Universitas Miami itu mencurigai bahwa bahan kimia dan bakteri dalam makanan olahan dapat menyebabkan enzim yang berada di dalam usus bergejolak.