Cahaya merah menyorot ke pilar-pilar. Sutomo kecil berorasi,"Dari meja inilah aku menemukan api revolusi," ucapnya sambil menunjuk mantap meja sekolah di depannya.
BACA JUGA:Magnet Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Surabaya
Lewat orasinya Bung Tomo membakar semua semangat arek-arek Suroboyo. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Representasi menuntut ilmu digambarkan dengan meja-meja sekolah yang disusun oleh para siswa berkemeja putih, bersarung batik dan berblangkon cokelat.
Dengan bersekolah, mereka berdialektika, berpikir dan bertikai. Mewarnai proses bertumbuh cendikiawan Indonesia.
Mereka berdebat memilih antara memakai Bahasa Belanda atau Bahasa Melayu.
Debat itu berlangsung panjang dan dimenangkan oleh pihak Bahasa Melayu. Kemudian Sutomo muda berorasi tentang esensi dari jiwa kebangsaan.
"Keahlian memang penting, tetapi semangat kebangsaan adalah faktor utama untuk mencapai suatu tujuan, inilah pentingnya, mutlak pentingnya," ucap Bung Tomo.
Singkat cerita, perebutan senjata mengakibatkan kemarahan pihak sekutu yang ditunggangi Belanda.
Ultimatum dilayangkan lewat lembar-lembar pamflet yang ditebar dari pesawat tempur mereka.
Meski begitu, Bung Tomo tak gentar. Walau diminta untuk mengalah oleh pemerintahan pusat, Bung Tomo bersikeras untuk melawan.
BACA JUGA:Aksi Heroik Teatrikal Perobekan Bendera Surabaya, Peringati 19 September 1945
BACA JUGA:Gambarkan Perjuangan Arek Suroboyo, Teatrikal Perobekan Bendera Siap Digelar Pada 22 September 2024
Setelah 'neraka' dari Surabaya pecah, Bung Tomo diamankan oleh Pemuda Republik Indonesia (PRI) di bawah kepemimpinan Sumarsono dengan alasan memberontak serta memecah PRI.
Padahal, ia cuma ingin semua berjuang bersama. Mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, sebelum ia dihukum mati, ada perintah untuk membebaskannya.