ZAHRATI Syakira Niani tidak membiarkan tangannya bersih. Dengan cekatan, gadis itu meraih pucuk mangrove di depannya. Dia lantas mencopot plastik polybag yang membungkus akar tunas mangrove tersebut.
Sejurus kemudian, batang kurus tersebut di-cemplung-kan pada lubang sedalam genggaman tangan di depan Zahrati. ’’Ini cara saya mempraktikkan ilmu,’’ kata perempuan asal Malang tersebut.
Zahrati diwawancarai Harian Disway di Pantai Bajulmati, Desa Gedangan, Kabupaten Malang, 17 November 2024. Kala itu, Zahrati adalah satu di antara 23 anggota Tanoto Student Association (TSA) Universitas Brawijaya yang berkunjung ke pantai tersebut. Mereka melaksanakan gathering sambil belajar tentang konservasi di Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC).
Para mahasiswa tersebut mempelajari konservasi penyu hingga ekosistem pendukungnya. Termasuk penanaman mangrove tersebut. Mereka dibimbing langsung oleh founder BSTC Supari. Ada pula Dwi Tientus, divisi humas dan kesehatan hewan BSTC. Selain itu, para kader BSTC juga setia mendampingi aktivitas anggota TSA Universitas Brawijaya tersebut.
Anggota TSA Universitas Brawijaya mengamati kolam tukik yang dipersiapkan untuk pelepasan ke laut lepas di Pantai Bajulmati, 17 November 2024.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
BACA JUGA : Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne (5): Mahasiswa Mengenal dan Belajar Budaya yang Berbeda
Zahrati adalah mahasiswa Prodi Teknik Elektro Universitas angkatan 2023. Lantas, ilmu apa yang sedang dipraktikkannya?
’’Banyak. Ilmu tentang konservasi. Ilmu tentang lingkungan. Ilmu tentang praktik baik di tengah-tengah masyarakat,’’ ucap perempuan yang ayah dan ibunya berprofesi sebagai dosen di Universitas Brawijaya Malang, tersebut.
Sebelum kuliah, Zahrati yang menempuh home schooling di pendidikan menengah tersebut memang suka beraktivitas di tengah komunitas dan warga. ’’Saya memang suka dengan kegiatan berbasis volunteer. Langsung terjun ke masyarakat,’’ paparnya.
Kegemaran itu terwadahi dalam statusnya sebagai penerima beasiswa Teladan dari Tanoto Foundation. Sebab, para awardee tidak hanya mendapatkan benefit berupa uang kuliah. Mereka juga dihimpun dan didorong untuk aktif berkegiatan selama kuliah. Mereka menjalani serangkaian pelatihan dan praktik agar tidak terjebak dalam menara gading perguruan tinggi.
Antusiasme anggota TSA Brawijaya ketika melangkah menuju tempat penanaman mangrove di Pantai Bajulmati.-M. Sahirol Layeli-Harian Disway-
Kegembiraan dan gairah sebagai penerima beasiswa Teladan juga diungkapkan Winie Rasgian Sesandi. Mahasiswi asal Yogyakarta tersebut juga diwawancarai di sela-sela penanaman mangrove di Pantai Bajulmati.
Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Brawijaya angkatan 2023 tersebut tak menampik bahwa bantuan finansial dari Tanoto Foundation adalah hal yang sangat menyenangkan. Dana beasiswa bisa menjadi semacam pendorong yang membuat laju kuliahnya menjadi kian lancar.
’’Tapi, di sini juga bisa mengembangkan diriku sendiri. Nambah value diri. Nambah skill sosialisasi karena bertemu banyak teman baru. Skill di organisasi juga lebih berkembang,’’ ucap gadis kelahiran 23 Juni 2004 tersebut.
BACA JUGA : Perjuangan Mahasiswa Jatim yang Akan Kuliah ke Mesir