BACA JUGA:Peluang Bisnis Menjanjikan, Agen BRILink di Lubuklinggau Makin Diminati
MENGAPA INI RELEVAN UNTUK BISNIS?
Mazis dan Raymond (1997) mengungkapkan bahwa tingkat skeptisisme konsumen terhadap klaim iklan dan label pada produk berbeda secara signifikan.
Dalam hal green washing, konsumen cenderung lebih percaya pada label yang terlihat langsung pada produk, seperti ”100% biodegradable” atau ”eco-friendly”, dibandingkan dengan klaim yang disampaikan melalui media seperti iklan televisi.
Namun, kepercayaan itu sering kali tidak didukung fakta karena label-label tersebut bisa saja tidak mencerminkan kondisi atau dampak produk yang sebenarnya.
BACA JUGA:Manfaat Menjadi Agen BRI di Talang Jambe, Peluang Bisnis dan Akses Layanan Keuangan Lebih Dekat
BACA JUGA:Diberdayakan BRI, Bisnis Petani Salak Kutambaru Meningkat Pesat!
Hal itu menunjukkan bagaimana label yang tampak meyakinkan dapat lebih efektif memengaruhi persepsi konsumen meskipun validitasnya masih diragukan.
Kasus seperti health washing pada produk Tropicana Slim atau klaim ”dapat didaur ulang” pada produk plastik menunjukkan bagaimana informasi yang tidak akurat dapat membingungkan konsumen.
Konsumen mungkin membeli produk tersebut dengan harapan mendukung kesehatan pribadi atau keberlanjutan lingkungan, padahal klaim-klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.
BACA JUGA:AS Peringatkan Soal Risiko Bisnis di Hong Kong
BACA JUGA:7 Bisnis Online Modal Hp yang Bisa Dijalankan dari Rumah, Cocok untuk Ibu Rumah Tangga
Toews et al. (2019) menegaskan bahwa misinformasi semacam itu tidak hanya menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek atau label, tetapi juga membawa dampak yang lebih luas, seperti risiko terhadap kesehatan masyarakat dan degradasi lingkungan akibat kebijakan atau konsumsi yang salah arah.
KONSEKUENSI ETIKA DAN BISNIS
Dari sudut pandang etika, praktik green washing dan health washing mencerminkan ketidakjujuran dalam menyampaikan nilai produk. Perusahaan yang menggunakan strategi itu memanfaatkan kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan atau kesehatan tanpa memberikan dampak nyata sesuai klaim mereka.
Akibatnya, konsumen yang merasa tertipu cenderung kehilangan kepercayaan terhadap merek, yang tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga berisiko merusak reputasi dan keberlanjutan bisnis itu sendiri dalam jangka panjang.