Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (79): Spirit Xichou Gempur Gunung Batu
CAKRAWALA XICHOU penuh perbukitan khas. Dulu, wilayah itu tidak bisa ditanami.-Doan Widhiandono-
Dari tanah karst yang nyaris tak layak huni, warga Xichou menanam harapan. Mereka menuainya dalam bentuk hutan, pangan, dan kebanggaan kolektif.
TIDAK banyak tempat di dunia yang bisa menumbuhkan kehidupan di atas batu. Tapi Xichou (西畴县 / Xīchóu xiàn), sebuah kabupaten di Prefektur Wenshan, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya, adalah pengecualian.
Kini, lembah-lembahnya hijau, lahan pertanian berundak, dan udara sejuk membawa aroma kehidupan. Padahal, beberapa dekade lalu, Xichou dijuluki tanah mati.
Wilayah ini 99,9 persen pegunungan. Dan 75,4 persennya terdiri dari batu kapur karst, tanah tandus yang airnya lenyap di celah batu sebelum sempat diserap tanaman.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
UNESCO bahkan pernah menandai kawasan itu sebagai daerah “tidak layak huni.” Bagi para petani, aktivitas di sana dulu seperti menabur biji di kaca. Tak bisa tumbuh, cepat hilang. Betapa tidak, ketebalan rata-rata tanah di sana adalah 10 sentimeter.
Namun kisah Xichou berubah sejak 1990-an, ketika pemerintah lokal dan warganya memutuskan untuk “menghancurkan” takdir itu. Secara harfiah. Dengan godam besar, mereka memecah batu. Mengubah karst menjadi lahan. Juga jalan.
Dari puncak gunung sampai lembah, ledakan-ledakan kecil menandai dimulainya revolusi ekologi. Itulah yang kini dijuluki sebagai Xichou Spirit (西畴精神 / Xīchóu jīngshén). Semangat Xichou.
Salah satu saksi hidup transformasi itu adalah Liu Dengrong (刘登荣). Ia adalah sekretaris partai di kawasan tersebut. Ia mengajak warga desanya untuk melakukan sesuatu yang baru. Yang tidak pernah dilakukan oleh para leluhur mereka. Yakni, menggempur gunung batu.

PATUNG yang menggambarkan kerja keras warga Xichou dalam mengubah pegunungan batu menjadi lahan subur.-Doan Widhiandono-
Dalam dokumenter pemerintah daerah, Liu terlihat sangat heroik. Ia memimpin 300 warga desanya bekerja keras. Lebih keras dari batu karst. Akhirnya, setelah 105 hari, mereka berhasil membuka 40 hektare lahan yang bisa ditanami.
Kisah itu—juga foto-fotonya—ditunjukkan kepada para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), Sabtu, 8 November 2025.
Dan ungkapan “kerja keras membawa harapan” (奋斗带来希望 / fèndòu dàilái xīwàng) menjadi semacam mantra di seluruh Xichou.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: