Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (76): Sebuah Kenangan Pernah Miskin

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (76): Sebuah Kenangan Pernah Miskin

FOTO-FOTO KEMISKINAN iangshan dipajang di museum. Sebagai pengingat betapa sengsaranya warga dahulu.-Doan Widhiandono-

Di Liangshan, perjuangan keluar dari kemiskinan diarsipkan dengan rapi. Dari tangga akar hingga peta digital.

KOTA Xichang, Provinsi Sichuan, sudah menyongsong petang hari itu, 23 Oktober 2025. Para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) sudah terlihat letih. Perjalanan dari Desa Sanhe di kawasan pegunungan memang melelahkan.

Tapi, kunjungan hari itu memang harus tuntas. Harus ada semacam ’’penutup’’ tentang kisah pengentasan kemiskinan yang kami alami seharian penuh.

Maka, yang kami tuju sebagai pemungkas adalah Gedung Pameran Pengentasan Kemiskinan (The Exhibition Hall on Poverty Alleviation). Letaknya di tepi Fengqingyuan Road.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (75): Liangshan, Laboratorium Pengentasan Kemiskinan

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

Gedungnya berdiri di kompleks Liangshan Prefecture Museum. Menempati lahan sekitar 3 hektare dengan ruang pamer 1.800 meter persegi.

Dibuka untuk umum pada 25 Juni 2021, museum ini menjadi etalase resmi perjalanan Liangshan keluar dari kemiskinan.

Tema besar pameran: “Happiness Comes When the Rhododendron Blooms.” Dalam bahasa Indonesia, rhododendron juga disebut bunga rengganis. Bunganya merah. Pohonnya lebih tinggi daripada semak-semak.

Museum itu dibagi menjadi empat segmen. Yang pertama adalah Never Forget the Road We Came From. Jangan lupakan asal-usul. Berikutnya adalah On the March Toward Moderate Prosperity. Merintis jalan kemakmuran. Yang ketiga adalah Conquering the Final Fortress of Poverty. Menggempur benteng kemiskinan. Pemungkasnya adalah Happiness Is Achieved Through Struggle. Ada kebahagiaan di akhir perjuangan.


PERJUANGAN mencapai Desa Atule'er di Zhaojue. Kini, sudah ada tangga untuk warga di puncak tebing tersebut.-Doan Widhiandono-

Maka, seluruh perjalanan melewati kemiskinan pun disajikan di museum tersebut. Sampai rakyat tak lagi melarat.

Di situ ada benda-benda asli yang dipergunakan warga dalam kondisi miskin. Misalnya, panci logam yang penyok, pakaian penuh tambalan, atau replika rumah lumpur.

Di situ ada juga ’’relik kemiskinan’’ mutlak di Tiongkok. Misalnya, dua tangga yang dipajang di dinding ruangan. Yang satu dari akar dan rotan, yang lain dari baja. Itulah peninggalan desa tebing (cliff village) Atule’er di Zhaojue County.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: