BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (6): Ramadan adalah Kita
Ghirah ini harus diapresiasi dengan ajakan jangan pernah umat Islam surut membaca Al-Qur'an. Saat wulan poso ini ada kesempatan kolektif yang terbangun di masjid-masjid, langgar-langgar, surau-surau. dan musala-musala yang memperdengarkan riuhnya tadarus.
Bacalah dengan sungguh-sungguh Kitab Teragung ini. Kitab yang tidak mampu ditandingi oleh buku-buku mana pun, karena ini memang Kitabullah. Dari segi jumlah pembaca dan penghafalnya saja, pastinya tidak dapat diraih oleh kitab mana pun.
Berjuta-juta orang hafal teksnya, hafiz-hafizah serta lembaga tahfiz Al-Qur'an tumbuh menghiasi deret waktu perkembangan Islam. Sepanjang sejarahnya terlihat bahwa keemasan Islam itu hadir dari masyarakat dan otoritas yang Qur'ani.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (5): Bulan Distribusi
Apabila pemangku mandat dan rakyatnya jauh dari Al-Qur'an, saat itulah “dering kemunduran” peradan Islam terbunyikan. Bacalah Al-Qur'an ini dan sukma-sukma yang berhidayah (tidak cukup yang berkecerdasan) akan mampu memetik hikmah tentang ketinggian maqomnya.
Al-Qur'an silakan diuji dengan ilmu apa pun yang telah ada, kau akan menemukan prinsip-prinsip dasarnya. Bacalah dan andai engkau belum menemukan sama sekali percikan hikmah dari Al-Qur'an, jangan lelah karena itu berarti saatnya engkau “mengosongkan jiwa yang tengah berkelambu tanpa hudan”.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (4): Saatnya Berbagi
Suwungkan dirimu dan lakukanlah tahannuts untuk mensyukuri “rahmat-Nya” yang senantiasa ada dalam dirimu. Cobalah bercermin diri dan “bertafakkurlah” tentang dirimu sekaligus “bertadabburlah” mengenai ayat-ayat Alquran.
Maka “nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak engkau dustakan”? Ramadan memang saatnya bertahanuts, menjemput Nuzulul Qur'an. Barakallah. (*)
*) Guru Besar Fakultas Hukum dan Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim, dan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur