Perjalanan ke Makkah: Ketika Ibadah Menjadi Sarana Mengemis

Sabtu 08-03-2025,08:38 WIB
Reporter : Hadi Asrori *)
Editor : Heti Palestina Yunani

BACA JUGA: 10 Cara Mencegah Asam Urat Kambuh saat Salat Tarawih selama Ramadan, Ibadah Jadi Lebih Khusyuk

Menurut Dr. Lina, dinamika psikologis di balik fenomena ini dapat dianalogikan dengan ‘menanam benih di ladang subur’—di mana cerita-cerita emosional, meskipun tanpa akar keaslian yang kuat, mampu tumbuh dan merebak di kalangan masyarakat.

Pandangan beliau bersumber dari artikel yang dimuat di Jurnal Psikologi Sosial Indonesia tahun 2023, yang mengupas mekanisme herd mentality di era digital.

Pernyataan ini didukung oleh Ustadz Ahmad Fauzi yang menekankan bahwa ibadah seharusnya dilakukan dengan niat yang tulus dan persiapan yang matang, bukan sekadar alat untuk menggalang dana tanpa akuntabilitas.

BACA JUGA: Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Ibadah Selama Bulan Ramadan

Pendapatnya diperoleh dari wawancara eksklusif yang dimuat di Tempo pada tahun 2023, di mana beliau menyoroti penyimpangan etika yang terjadi ketika ibadah dijadikan alat penggalangan dana.

Selain itu, persentase data dan bukti-bukti lapangan survei online yang dilakukan oleh MediaWatch Indonesia (2023), menunjukkan bahwa sekitar 65% responden meragukan keaslian niat pelaku, sedangkan 35% masih melihat kemungkinan niat mulia. 

Laporan dari Komunitas Anti-Penipuan Digital Indonesia (2023) juga mengungkap bahwa hampir 40% kampanye penggalangan dana serupa tidak disertai laporan penggunaan dana yang transparan.

BACA JUGA: Kondisi Fasilitas Jamaah Haji Indonesia di Makkah setelah Dicek Langsung oleh Menteri Agama

Perjalanan ke Makkah atau Tipu Daya? 


Antara tekad spiritual dan skeptisisme, cerita perjalanan menuju Makkah mengundang tanda tanya.-Zurijeta-Canva

Jawabannya ada di tangan kita masing-masing—dengan mata yang jernih dan hati yang penuh keikhlasan, kita harus mampu menilai mana yang layak untuk dijadikan inspirasi, dan mana yang sebaiknya dihindari demi menjaga nilai-nilai kebenaran dan integritas dalam beribadah. 

Melalui perdebatan yang memecah belah dan bukti-bukti yang terus bermunculan, fenomena ini menjadi cermin bagi tantangan zaman modern: bagaimana menjaga keaslian iman dalam era digital yang serba cepat dan penuh godaan.

Semoga opini ini dapat menginspirasi pembaca untuk terus kritis dan selektif dalam menyikapi setiap informasi, serta mengedepankan nilai keikhlasan dan transparansi dalam setiap langkah kehidupan.

Dengan demikian, kita diingatkan bahwa perjalanan spiritual, layaknya aliran sungai yang mengalir tenang, haruslah jernih dan murni. Jangan biarkan arus deras penipuan dan kepentingan pribadi mengaburkan kejernihan itu. 

BACA JUGA: Garuda Siapkan 14 Pesawat Haji 2025, Layani 90.933 Jemaah ke Tanah Suci

BACA JUGA: Kapan Bulan Rajab 2025 Dimulai? Ini Jadwal Puasa dan Amalan Ibadah yang Dianjurkan

Kategori :