HARIAN DISWAY- Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat 6,63 persen di angka 7.0009 pada penutupan pasar saham pukul 15.50, Jumat 20 Desember 2024. Hari itu, pasar saham dibuka di angka 6.982. Walau sehari sebelumnya, pasar saham ditutup melemah di angka 1,84 persen.
Executive Trainer PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Jawa Timur Dyan Fajar Mahardika mengatakan, seluruh indeks sektoral dalam perdagangan, Kamis 19 Desember 2024, melemah. Emiten di sektor bahan baku melemah 3,63 persen. Disusul sektor kesehatan yang mengalami minus 63 persen. Lalu, emiten di sektor energi mengalami pelemahan 2,40 persen.
“Perdagangan di BEI saat ini ada 943 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI. Dengan rata-rata transaksi per 19 Desember 2024, sebesar Rp 12,88 triliun dengan market cash sebesar Rp 12.141 triliun,” katanya kepada Harian Disway, Jumat 20 Desember 2024.
IHSG terus mengalami pelemahan sebesar 4,06 persen dibanding Januari 2024 (ytd). BEI juga mencatat, transaksi asing net buy sebesar Rp 16,2 triliun (ytd). “Kamis kemarin, transaksi asing ditutup di angka Rp 944 miliar,” tambahnya.
BACA JUGA:Bata Ringan Blesscon dan Superiore Block Masuk Bursa Efek dengan Kode Bles
Pun ia mengungkapkan, selama lima hari terakhir, grafik IHSG selalu berwarna merah. Artinya, selalu mengalami pelemahan. Senin 16 Desember 2024, IHSG dibuka di angka 7.312. “Berdasarkan data kami, penurunan IHSG terendah terjadi hari ini (kemarin), pukul 10.00. IHSG berada di angka 6.941,” terangnya.
Dari perdagangan di pasar saham kemarin, emiten yang paling aktif ditransaksikan adalah perusahaan di sektor gas bumi. Angka itu secara volume. Kalau secara value terbanyak adalah saham Bank Mandiri sebesar Rp 1,7 triliun. Atau 12,2 persen dari total transaksi di BEI. Setelah itu, disusul BRI dengan jumlah transaksi sebesar Rp 1,6 triliun dan BCA sebesar Rp 1,2 triliun.
IDX Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur di Jl Kusuma Bangsa Surabaya.-Moch Sahirol Layeli-
“Tapi kalau kita lihat emiten yang paling banyak mengalami kenaikan adalah PT Pembangunan Graha Lestari Indah dengan kode emiten PGLI. Emiten ini mengalami kenaikan sebesar 33,77 persen,” bebernya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan riset yang dilakukan BEI, kinerja IHSG 2025 akan terus mengalami peningkatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi itu terjadi. Seperti perekonomian di Amerika Serikat (USA) yang terus membaik. Angka pengangguran menurun.
Di sisi domestik, Kementerian UMKM 90 persen dari insentif PPN yakni sebesar Rp 165 triliun akan diberikan ke UMKM. “Tentu kondisi ini menjadi angin segar bagi para pelaku UMKM di 2025, apabila program itu benar-benar dijalankan,” terangnya.
Di sisi lain, isu kenaikan PPN 12 ini juga dinilai akan berdampak positif. Bank Indonesia (BI) memprediksi, akan terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,2 persen. Kondisi ini juga akan berdampak pada ekonomi Indonesia yang mengalami kenaikan. Walau kenaikannya hanya tipis di angka 0,02-0,03 persen. “Dari beberapa faktor ini, membuat kinerja IHSG berpotensi mengalami peningkatan di 2025,” bebernya.
Sementara itu, pengamat pasar saham dari Universitas Airlangga Imron Mawardi menilai, ada sentimen negatif yang mempengaruhi kinerja IHSG tahun depan. Seperti kebijakan dari Pemerintah Indonesia yang belum diketahui dampaknya. Salah satunya kenaikan PPN 12 persen itu.
Saham komoditas masih hingga saat ini masih menarik perhatiannya. Seperti PT Amman Mineral Internasional. Di pasar saham kemarin, emiten ini tutup di level Rp 9.000 per lembar saham. Angka itu naik 0,56 persen dibanding pembukaan pasar saham di level Rp 8.950 per lembar saham.