Pada saat menjadi dekan, ia mendirikan akademi AS di Tiongkok dan banyak mengirimkan arsitek Tiongkok untuk belajar ke AS dengan beasiswa, riset, dan pertukaran pelajar.
Tiongkok memang sudah lama membangun sistem modern dengan cara mengundang para diaspora lulusan universitas ternama dunia untuk pulang kembali ke Tiongkok dan berperan aktif untuk memimpin perubahan.
Mereka membangunkan sistem baru yang sama dengan tempat mereka dididik di luar negeri.
Belajar dari hal kecil itu, kita bisa mendapat pelajaran bahwa perubahan hanya bisa lahir dari kehadiran ”New Eyes”. Jika Ma Qingyun tidak pernah meninggalkan Tiongkok untuk ke AS, mungkin saya tidak bisa menikmati RS seindah itu saat ini.
Indonesia juga memiliki anak negeri yang dikirim untuk belajar di universitas ternama dunia melalui LPDP. Mendiktisaintek RI Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro berpesan bahwa alumni LPDP harus dapat menjalin relasi yang luas, mempelajari bahasa dan budaya negara tempat tujuan.
Ambil ilmu sebanyak-banyaknya di negeri orang. Namun, harapannya, suatu saat apabila negara memanggil, mereka dapat kembali ke tanah air untuk berkontribusi dan membawa perubahan yang positif untuk Indonesia.
Indonesia memerlukan talenta terbaik untuk mencapai Indonesia Emas 2045. (*)
*) Jagaddhito Probokusumo adalah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dan fellowship training interventional cardiology di Rizhao International Heart Hospital, Shandong, Tiongkok.