HARIAN DISWAY - Pengusaha sarang burung walet mengeluh. Penjualan mereka dari tahun ke tahun terus menurun.
Salah satu faktornya, pasar sarang burung walet makin berkurang. Padahal, setiap tiga sampai empat bulan sekali, petani sarang burung walet selalu panen.
Alhasil, karena tak tertampung pasar, semua sarang burung walet itu akhirnya dijual dengan harga murah.
BACA JUGA:Soal Keuntungan Ekonomi Indonesia Gabung BRICS, CSIS: Masih Ada Sanksi Finansial Internasional
Bisa anjlok hingga Rp 4 juta per kilogram. Bahkan, terus merosot setiap tahunnya. Sementara dulu bisa tembus Rp 10 juta per kilogram.
Pemilahan walet yang akan dikemas oleh para karyawan PT Husein Alam Indonesia, Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Gresik.-Dokumentasi Wahyudin Husein.-
“Pasar terbesar kami ada di Hongkong dan Tiongkok. Tapi, banyaknya aturan saat ini buat kami kesulitan untuk melakukan ekspor ke sana,” kata Ketua Umum Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) Wahyudin Husein, Selasa, 14 Januari 2024.
Ia menegaskan, problem utama yang menghambat para petani hingga para eksportir sarang burung walet adalah adanya protokol impor Indonesia-Tiongkok. Aturan itu berlaku sejak 2012. Padahal, sebelumnya, ekspor jauh lebih mudah lantaran tak ada batasan.
BACA JUGA:Mencermati Peluang Ekspor Produk Halal pada 2025
“Di bawah tahun itu,mau ekspor kemana saja bebas. Tetapi, semenjak ada MoU impor Indonesia-Tiongkok, aturan itu begitu menyulitkan bagi pelaku usaha di Indonesia,” ungkap Wahyu. Karena itu, ia ingin negosiasi langsung dengan Tiongkok. Tentu supaya bisa melonggarkan aturan tersebut.
Apalagi, imbuhnya, Tiongkok selama ini menjadi salah satu negara paling banyak mengimpor sarang walet dari Indonesia.
Wahyu pun ingat beberapa bulan pascapandemi Covid-19. Orang-orang Tiongkok berbondong-bondong ke Indonesia membeli sarang walet.
BACA JUGA:Lewat Program Tekad, Desa Inegena NTT Kini Berhasil Ekspor Kemiri
“Karena saat itu, kita sempat menyetop ekspor sarang walet,” kisahnya. Wahyu diam-diam juga pernah meriset kebutuhan sarang walet di Tiongkok. Ternyata, jumlahnya cukup besar sekali: 6 ribu ton. Sementara hingga kini, Indonesia baru bisa memenuhi sekitar ratusan ton per tahun.
Menurut Wahyu, total ekspor sarang walet Indonesia hanya sekitar 1.000 ton per tahun. Itu pun tak semuanya diekspor ke Tiongkok.