HARIAN DISWAY - Perangkat keras game biasanya digunakan untuk hiburan di seluruh dunia.
Namun, beberapa sistem dan periferal dalam game telah menjadi umum digunakan dalam militer.
Misalnya, tentara Ukraina menggunakan Steam Deck dari Valve untuk mengendalikan turret. Militer AS telah menggunakan pengontrol bergaya gamepad untuk mengoperasikan sistem rudal canggih mereka.
Contoh lain di luar militer adalah Titan Submersible yang dikendalikan oleh gamepad Logitech F710.
Dari stik penerbangan HOTAS hingga gamepad itu sendiri, jika perangkat tersebut dapat memproses input, kemungkinan besar perangkat tersebut digunakan untuk sesuatu yang lain. Selain game. Salah satunya untuk kepentingan militer.
BACA JUGA:Kesepakatan Bersejarah! Uni Eropa dan Amerika Selatan Buka Babak Baru Perdagangan Global
Ratusan drone Ukraina serang Rusia pada Kamis 23 Januari 2025 kebanyakan menggunakan konsol game untuk mengendalikannya. -tangkapan layar X@jurgen_nauditt-
Kini, Uni Eropa mengusulkan larangan penjualan perangkat keras video game ke Rusia. Demi menghentikan penggunaannya sebagai alat perang.
Seperti dilaporkan oleh Financial Times, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan, "Kami benar-benar melihat semua jenis hal yang membantu Rusia untuk mengobarkan perang. Sebaiknya memasukkannya ke dalam daftar sanksi."
Ia lebih lanjut berkomentar bahwa Uni Eropa akan mengeluarkan larangan penjualan secara menyeluruh untuk konsol video game. Karena tampaknya konsol itulah yang mereka gunakan untuk mengoperasikan drone.
BACA JUGA:EU Centre Dibuka di Surabaya, Dubes Uni Eropa: Indonesia Punya Peran Penting untuk Uni Eropa
Microsoft, Nintendo, dan Sony secara resmi menghentikan penjualan konsol video game mereka ke Rusia pada tahun 2022 setelah invasi penuh ke Ukraina.
Larangan yang diusulkan oleh Uni Eropa, tiga tahun kemudian, ditujukan kepada pedagang di blok tersebut yang mengirimkan peralatan game ke Rusia. Termasuk penjual barang bekas.
Yang penting, larangan tersebut akan mencakup periferal. "Larangan tersebut akan mencakup konsol dan pengontrol game, pengontrol simulator penerbangan, dan unit input lainnya yang mampu mengoperasikan drone," tulis Financial Times.
Namun, Olena Bulousova, pakar penggunaan ganda militer dari Kyiv School of Economics, mengatakan larangan tersebut mungkin tidak memiliki dampak signifikan. Karena sebagian besar operator mengandalkan pengontrol buatan Tiongkok yang tersedia di pasar online di Rusia.