EU Centre Dibuka di Surabaya, Dubes Uni Eropa: Indonesia Punya Peran Penting untuk Uni Eropa

EU Centre Dibuka di Surabaya, Dubes Uni Eropa: Indonesia Punya Peran Penting untuk Uni Eropa

Prof Mohammad Nasih (Kiri) dan Dennis Chaibi melihat-lihat ke dalam EU Centre. -Vincentius Andito-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Di Lantai 12 Gedung ASEEC Tower, Kampus B Unair, European Union (EU) Centre resmi dibuka pada Kamis, 21 November 2024.

EU Centre dirancang sebagai pusat akademis yang mendorong kolaborasi dan memperkaya wawasan seputar Uni Eropa kepada masyarakat. Mulai dari institusi, kebijakan, hingga nilai-nilai yang dipegang oleh organisasi persatuan Negara Eropa itu.

"Banyak masyarakat Indonesia yang mengenal Perancis, Jerman, Belanda. Tetapi ketika ditanya apa itu EU, mereka belum memahami sepenuhnya," ucap Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Dennis Chaibi.

Menurutnya, posisi Indonesia sangat penting bagi Uni Eropa. Pertama, Indonesia punya banyak sumber daya alam yang bisa diperdagangkan ke Uni Eropa. Juga sumber daya manusia. Keadaan itu membuat Indonesia punya peran krusial untuk pertumbuhan di negara-negara Eropa.

BACA JUGA:Sekjend PBB Keluarkan Jurus Pasal 99 Untuk Hentikan Perang di Gaza, Uni Eropa Desak Dewan Keamanan PBB untuk Bertindak

BACA JUGA:Festival Halal Unair 2024, Galakkan Sertifikasi Halal Untuk UMKM


Dennis Chaibi mengungkapkan betapa pentingnya Indonesia untuk Uni Eropa. -Vincentius Andito-HARIAN DISWAY

"Selain itu, orang-orang di Eropa banyak yang sudah tua. Memang ada beberapa yang umurnya masih muda. Tetapi sebagian besar diatas 40 tahunan," ucapnya. Hal itu berbanding terbalik dengan keadaan Indonesia. Negeri ini memiliki kaum muda yang produktif. Jumlahnya dua kali lebih besar daripada Eropa.

Sehingga menurut Dennis, Eropa memerlukan sumber daya Indonesia untuk tetap bisa berdaya. Dan yang paling penting adalah pengembangan di sektor pendidikan. Ia berharap dengan dibukanya EU Centre, banyak mahasiswa dan peneliti indonesia atau Eropa yang mau bertukar pikiran.

"Oleh karena itu, desain ruangan EU Centre ini tidak dilengkapi komputer. Kami ingin EU Centre menjadi tempat berkumpulnya para akademisi untuk berdiskusi," paparnya. Kemudian dari diskusi-diskusi kecil itu harapannya bisa menjadi pemantik sebuah penelitian.

Ke depan, penelitian tersebut akan difasilitasi Kedutaan Besar Uni Eropa untuk Indonesia dengan program EURAXESS. Terlebih banyak sekali topik-topik sosial yang bisa diteliti di Indonesia. Salah satunya ialah sistem pemerintahan Indonesia yang menurutnya unik.

BACA JUGA:ASEAN Paling Strategis di Mata Uni Eropa

BACA JUGA:Dies Natalis ke-70, UNAIR Terus Berkarya dan Bertahan di Tengah Perubahan


Dennis Chaibi (kiri) dan Prof Mohammad Nasih menandatangani MoU EU Centre. -Vincentius Andito-HARIAN DISWAY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: