Converter Google Rupiah ke Rupiah Error, Pakar Siber Sebut Berbagai Kemungkinan Hingga Peretasan

Minggu 02-02-2025,08:42 WIB
Reporter : Anniza Meina Purbowati
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY – Lembaga Riset Siber Indonesia, Communication and Information System Security Research Center (CISSRec) beberkan sejumlah kemungkinan penyebab kesalahan nilai tukar USD dan Rupiah yang tidak akurat di website Google, Sabtu, 1 Februari 2025.

Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSRec, Dr. Pratama Persadha mengatakan kemungkinan penyebab kesalahan nilai tukar tersebut karena adanya kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar. 

Selain itu, faktor kesalahan input juga dapat menjadi kemungkinan penyebab lain dari ketidakakuratan kurs yang ditampilkan, hingga paling ekstrem adalah kemungkinan manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan. 

“Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar,” ucap Dr. Pratama melalui keterangan resminya dikutip Minggu, 2 Februari 2025.

BACA JUGA:Netizen Heboh! Kurs 1 USD Meleset Jadi Rp 8.170 di Google

“Kesalahan input juga dapat menjadi kemungkinan penyebab lain dari ketidakakuratan kurs yang ditampilkan,” tambahnya. 

Lebih lanjut, Dr. Pratama menjelaskan seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber. 

Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing.

BACA JUGA:Google Error Tampilkan 1 Dolar Jadi 8.170 Rupiah, Ini Penyebabnya Menurut Pakar

Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan. 

“Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama,” terangnya. 

Selanjutnya, terkait adanya kemungkinan salah input, Dr. Pratama berpendapat bahwa dalam sistem berbasis data, manusia tetap memiliki peran dalam memasukkan dan memperbarui informasi.

Typo atau kesalahan manusiawi dalam menginput angka dapat menyebabkan kurs yang ditampilkan jauh dari nilai sebenarnya, terutama jika data tersebut tidak melewati proses verifikasi otomatis yang ketat.

BACA JUGA:Komdigi Janji Berantas Judol, Bakal Kerja Sama dengan Google dan Meta 

Kategori :