BACA JUGA:Crab Mentality di Dunia Kerja dan Cara Menghadapinya
BACA JUGA:8 Cara Work Life Balance di Era Hybrid, Tetap Produktif Tanpa Burnout
3. Membangun Keterampilan dan Keahlian
Belajar adalah sebuah keharusan untuk seorang sigma. --wallpaperacsess
Sigma berfokus pada peningkatan diri secara terus-menerus. Mereka menguasai keterampilan yang membuat mereka bernilai dalam berbagai situasi, baik dalam bidang profesional, seni bela diri, komunikasi, maupun investasi.
Dengan terus belajar dan berkembang, Sigma memastikan dirinya tidak mudah tergantikan dan selalu siap menghadapi tantangan baru yang datang dalam hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang Sigma tidak hanya puas dengan apa yang sudah ia miliki.
Mereka terus mencari cara untuk menjadi lebih baik, entah dengan membaca buku baru, belajar bahasa asing, mempelajari keterampilan teknis seperti pemrograman atau desain grafis, atau bahkan meningkatkan keterampilan fisik melalui olahraga dan bela diri.
Misalnya, seorang Sigma yang bekerja sebagai desainer grafis tidak hanya bergantung pada keterampilan dasarnya.
Ia selalu mencari tren baru dalam desain, bereksperimen dengan teknik baru, dan mengikuti perkembangan teknologi agar tetap relevan dalam industrinya. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi lebih baik dalam pekerjaannya tetapi juga lebih siap menghadapi persaingan.
BACA JUGA:Media Sosial Jadi Salah Satu Sebab Perubahan Cara Membaca dan Membeli Buku Orang Tiongkok
BACA JUGA:7 Kebiasaan Buruk yang Harus Ditinggalkan Gen Z agar Fisik dan Mental Lebih Sehat
4. Memiliki Prinsip Kuat dan Tidak Mudah Terpengaruh
Kuat dan berpendirian teguh adalah salah satu faktor menjadi Sigma. --wallpaperacsess
Sigma memiliki kode etik dan prinsip hidup yang teguh. Mereka tidak mudah dipengaruhi oleh opini mayoritas atau tekanan sosial. Sebaliknya, mereka percaya pada jalannya sendiri dan tetap berpegang pada nilai-nilai yang mereka yakini. Ini membuat mereka dihormati, meskipun tidak selalu dipahami oleh orang lain.
Dalam praktik sehari-hari, ini berarti Sigma tidak ikut-ikutan hanya karena suatu hal sedang tren. Mereka hanya mengikuti sesuatu jika itu benar-benar selaras dengan prinsip mereka.
Misalnya, dalam dunia kerja, jika mayoritas rekan kerja terlibat dalam gosip kantor atau bersikap tidak jujur untuk mendapatkan keuntungan, Sigma tetap berpegang pada prinsip kejujurannya.
Sigma juga berani mengatakan "tidak" pada sesuatu yang bertentangan dengan nilai mereka. Mereka tidak takut kehilangan pertemanan atau peluang jika itu berarti harus mengorbankan integritas mereka.