5 Kebiasaan Unik Menyambut Ramadan Ini Hanya Ada di Indonesia

Selasa 25-02-2025,12:30 WIB
Reporter : Khoirun Nisa'i Astutik
Editor : Heti Palestina Yunani

BACA JUGA: Hotel 88 Embong Kenongo Hadirkan Buffet All You Can Eat Sambut Ramadan

Ikon khas dugderan adalah warak ngendog, boneka berbentuk hewan mitologis yang menjadi simbol keberagaman budaya di Semarang. Tradisi dugderan sejak abad ke-19 itu diperkenalkan oleh Bupati Semarang Raden Mas Tumenggung Ario Purbaningrat.

Tujuannya untuk mengumumkan awal Ramadan secara resmi kepada masyarakat dengan cara yang meriah dan mudah diingat. Perayaan ini juga menjadi ajang bagi warga untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan menikmati kemeriahan sebelum memasuki bulan penuh ibadah.

Arak-arakan dugderan biasanya diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk pelajar, aparat pemerintah, hingga kelompok seni dan budaya. Parade ini menampilkan kesenian tradisional seperti drum band, tarian khas Semarang, dan pertunjukan wayang.

BACA JUGA: Vasa Hotel Surabaya Sambut Ramadan dengan Menu Khas India

Puncak acara ditandai dengan pemukulan bedug oleh wali kota Semarang sebagai simbol dimulainya Ramadan. Warak ngendog, ikon utama dugderan, memiliki makna filosofis yang mendalam. Warak adalah makhluk imajiner yang merupakan perpaduan unsur budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa.

Melambangkan keharmonisan dan toleransi di Semarang yang multikultural. Sementara itu, ngendog (bertelur) melambangkan rezeki dan berkah yang diharapkan datang selama Ramadan. Boneka Warak Ngendog juga sering dijual dalam bentuk mainan atau suvenir khas yang banyak diburu oleh anak-anak dan wisatawan.

Selain arak-arakan dan pertunjukan budaya, Dugderan juga dimeriahkan dengan pasar rakyat yang menjual berbagai macam barang, mulai dari makanan tradisional, pakaian, hingga pernak-pernik khas Ramadan.

BACA JUGA: Tradisi Isra Mikraj di 6 Daerah di Indonesia Ini Unik

Makanan khas seperti lumpia Semarang, wingko babat, dan kue mochi menjadi favorit bagi para pengunjung. Dengan berbagai kemeriahannya, Dugderan bukan hanya menjadi ajang menyambut Ramadan.

Tetapi juga memperkuat identitas budaya Kota Semarang serta mempererat persaudaraan antarwarga. Tradisi ini terus dilestarikan dari generasi ke generasi, menjadikannya salah satu warisan budaya yang unik dan membanggakan bagi masyarakat Semarang.

4. Munggahan di Jawa Barat

Di Jawa Barat, masyarakat menggelar acara munggahan, yaitu berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk makan bersama sebelum memulai puasa. Tradisi ini mempererat hubungan keluarga dan menjadi momen silaturahmi sebelum Ramadan.
Sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan suci, munggahanbiasanya dilakukan di rumah. Tetapi ada juga yang memilih mengadakan pertemuan di tempat wisata, seperti pantai, pegunungan, atau saung-saung di pedesaan. --Facebook

BACA JUGA: 3 Festival Musik Sambut Ramadan, Dari KapanLagi Buka Bareng BRI hingga Big Bang Ramadan

Munggahan berasal dari kata unggah, yang dalam bahasa Sunda berarti "naik" atau "meningkat." Filosofi dari tradisi ini adalah persiapan spiritual untuk naik ke bulan Ramadan dengan hati yang bersih, penuh kebersamaan, dan siap menjalani ibadah dengan lebih baik.

Oleh karena itu, munggahan sering kali diiringi dengan permohonan maaf antaranggota keluarga, sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan suci. Acara munggahan biasanya dilakukan di rumah.

Kategori :