HARIAN DISWAY - Pada Rabu, 5 Maret 2025 sore hari waktu setempat, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghancurkan Gaza lebih jauh jika semua sandera yang tersisa tidak segera dibebaskan.
Ia juga memberikan ultimatum kepada para pemimpin Hamas untuk segera meninggalkan wilayah tersebut.
"Segera bebaskan semua sandera sekarang, bukan nanti, dan segera kembalikan semua jenazah orang yang kalian bunuh, atau ini akan menjadi akhir bagi kalian," tulis Trump di platform Truth Social setelah bertemu dengan para sandera yang telah dibebaskan.
BACA JUGA:Para Pemimpin Arab Sepakati Rencana Rekonstruksi Gaza dan Tolak Pengusiran Warga Palestina
"Ini adalah peringatan terakhir kalian! Untuk para pemimpin, sekarang adalah waktu untuk meninggalkan Gaza, selagi kalian masih punya kesempatan," tambahnya.
Trump juga memperingatkan bahwa seluruh Gaza akan menghadapi konsekuensi besar jika Hamas tetap menahan sandera.
"Kepada Rakyat Gaza: Masa depan yang indah menanti, tetapi tidak jika kalian menyandera orang. Jika kalian melakukannya, kalian akan mati!" tegasnya seperti dikutip dari AFP (Agence France-Presse).
BACA JUGA:Menlu AS dan Netanyahu Bahas Masa Depan Gaza, Israel Siapkan Tahap Baru Gencatan Senjata
Trump menunjukkan dukungan penuh terhadap Israel di tengah gencatan senjata yang semakin rapuh.
Ia menegaskan bahwa pemerintahannya akan mempercepat pengiriman miliaran dolar dalam bentuk senjata ke Israel.
Gencatan senjata tahap pertama telah berakhir akhir pekan lalu setelah berlangsung selama enam minggu. Selama periode ini, terjadi pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
BACA JUGA:Israel Minta Gencatan Senjata Tahap Pertama Diperpanjang, Hamas Minta Tahap Kedua Segera Dijalankan
Israel mengatakan ingin memperpanjang gencatan senjata hingga pertengahan April, tetapi Hamas menuntut agar kesepakatan memasuki tahap kedua, yang seharusnya mengarah pada penghentian perang secara permanen.
Namun, alih-alih mencapai kesepakatan, Israel justru memperkuat tekanan dengan menghentikan semua pengiriman barang dan pasokan ke Gaza.
Lima warga negara Amerika diyakini masih menjadi sandera Hamas. Empat dari mereka telah dikonfirmasi tewas, sementara satu lainnya, Edan Alexander, diduga masih hidup.