SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bulan Ramadan yang diikuti oleh masa mudik dan libur lebaran dikhawatirkan untuk meningkatkan inflasi di Jawa Timur.
Untuk itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak Forkopimda termasuk Bank Indonesia untuk melakukan pertemuan dalam rangka pengendalian inflasi menjelang hari raya Idulfitri 1446 Hijriyah. Rapat itu dilakukan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Khofifah mengatakan, pada Februari 2025 lalu, semua provinsi di pulau Jawa memang mengalami deflasi. Khususnya Jatim mengalami deflasi di angka 0,03 persen (yoy). Sementara secara year to date, deflasi Jatim bulan lalu sebesar 1,13 persen dibanding Januari 2025.
Kondisi itu terjadi, menurut mantan Menteri Sosial ini dikarenakan subsidi listrik yang diberikan pemerintah RI selama Januari dan Februari 2025. Kebijakan itu sangat berperan signifikan terhadap pertumbuhan inflasi Jawa Timur. “Misal tidak ada subsidi itu, kira-kira inflasi kita sebesar 1,88 persen. Tetapi, angka itu masih pada range target inflasi Jatim antara 2,5 hingga 1 persen,” jelasnya.
Laris di Pasar Digital, Produksi Mukena Naik Dua Kali Lipat-Haritsah Almudatsir/ Harian Disway -
Karena itu, Khofifah meminta kepada seluruh kepala daerah di Jatim untuk berhati-hati. Utamanya dengan melakukan monitoring terhadap daya beli masyarakat, ketersediaan barang, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
BACA JUGA: Deflasi di Jawa Timur Kian Dalam, Waspada Potensi Inflasi Meroket saat Ramadan
“Terutama pada saat jelang-jelang di mana masyarakat barangkali belanjanya cukup besar untuk kebutuhan lebaran. Sehingga kita bisa me-manage pengendalian tingkat inflasi di kabupaten/kota,” kata Khofifah.
Perempuan kelahiran Wonocolo, Surabaya ini mengungkapkan ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian inflasi. Yakni memastikan ketersediaan barang, keterjangkauan masyarakat, kelancaran distribusi dan komunikasi.
Ia mencontohkan adanya perbedaan harga bahan pokok di beberapa pasar di Surabaya. “Bedanya kadang cukup signifikan. Betapa pentingnya komunikasi antar pelaku usaha terutama di sentra penjualan (pasar-pasar,Red). Ini harus dilakukan seintensif mungkin,” tuturnya.
Romli, penjual cabai di Pasar Keputran Utara, Surabaya, Selasa, 4 Maret 2025.-Ananda Tiyas Safina-
Sementara itu, Kepalan Kanwil BI Jatim Erwin Hutapea menjelaskan, dari pola historis inflasi pada periode Ramadan dalam tujuh tahun terakhir (2017-2024), tekanan inflasi jelang Idulfitri selalu meningkat. Terutama komoditas pangan berupa daging ayam, telur ayam ras, ayam hidup, minyak goreng, cabai merah, dan bawang merah. Sedangkan komoditas non pangan meliputi emas perhiasan dan tiket angkutan udara.
BACA JUGA: Januari 2025 Jatim Deflasi, Ini Faktor-Faktornya...
Di tahun 2025 ini, BI masih memprediksi pola yang sama akan terjadi. “Sehingga kami memperkirakan Maret atau penghujung triwulan pertama inflasi kita akan naik. Tapi kita cukup yakin bahwa inflasi yang terjadi masih dalam rentang sasaran kita,” tutur Erwin.
Ia memprediksi penyebab inflasi bulan ini masih pada sektor komoditas: bahan pangan dan emas perhiasan. Sementara tarif angkutan udara tidak akan penyumbang inflasi karena ada diskon tiket pesawat yang diberlakukan pemerintah pusat.