Anak buah Nabi Musa yangn merindukan makanan-makanan tropis: kacang, mentimun, bawang merah, bayam, serta sayur-sayuran. Atau anak buah Nabi Musa yang ditimpa kutukan tropis oleh Allah menjadi kera.
Ibu rumah tangga Indonesia ikut dalam aksi protes mendukung Palestina seperti yang terjadi di Medan, Sumatera Utara. Mereka protes tentang perang Israel di Gaza, pada awal Desember 2023 lalu. -Aisyah Llewellyn-Al Jazeera
Padahal kalau bukan manusia pulau-pulau kera pasti tak takut dikutuk menjadi kera karena mereka tidak pernah mengenal kera. Dari dimensi relasional tematik yang sederhana antara peradaban Yahudi dan Jawa, jangan-jangan memang memiliki relevansi untuk saling mengingatkan dan substitutif.
Oleh karena itu saatnya orang-orang Jawa atau dalam skala yang lebih besar adalah Negara Indonesia untuk bertindak terdepan mengingatkan Israel.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (13): Perang Sarung
Jawa yang dalam kisah kenabian Musa tersebut di atas terlihat lebih tua daripada Yahudi, maka dengan diplomasi peradaban kiranya dapat ditekankan bahwa Jawa sebagai saudara tua Yahudi kini mengambil ancang-uncang untuk “menjewer adiknya” yang masih tetap nakal.
Adakah keberanian dan niatan orang-orang Jawa untuk tampil sebagai pemandu zaman mendiagnosa watak dasar Israel dengan Yahudinya agar lebih familier dengan warga Palestina yang nota benenya adalah saudara-saudara mereka sendir sesama penjaga penghuni holyland yang diperjanjikan itu.
Maukah orang Jawa mencoba mengambil peran fenomenal untuk menyadarkan Israel dengan selalu bilang dengan nyanyian klasik orang-orang Jawa.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (12): Ramadan dan Ingatan Nareswari
Apabila Israel tidak menggubris nasihat orang-orang Jawa, maka orang-orang Jawa cukup menembangkan lantunan: ojo Di, ojo Di wong tuwo iku malati atau jangan Dik jangan Dik, janganlah mengingkari nasihat saudara tua (Jawa), sebab saudara tua itu bisa mengutukmu.
Adakah Isreal takut dengan kutukan orang-orang Jawa? Waktu jualah yang akan membuktikan dan saatnya orang Jawa bertindak mengaji dirinya. Ramadan membuka ruang belajar kepada diri sendiri. Lanjutkan untuk mudik. Jaga stamina. (*)
*) Guru Besar Fakultas Hukum dan Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim, dan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur