Masjid Ikon Surabaya (26): Muslim Tionghoa Di Balik Berdirinya Masjid Cheng Ho

Rabu 26-03-2025,03:00 WIB
Reporter : Afitra Devi
Editor : Guruh Dimas Nugraha


Masjid Cheng Ho di Surabaya, didirikan sejak 2001. Proses pembangunannya rampung pada 2002.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (1): Pesona Arsitektur Al Akbar Menyambut Ramadan

Juga sebagai bentuk penghormatan. Sekaligus pengingat bahwa Islam telah lama berakar dalam budaya Tionghoa.

"Masjid ini bukan hanya tempat beribadah. Tapi juga simbol sejarah. Kami ingin mengingatkan bahwa Islam dan budaya Tionghoa sudah lama berjalan berdampingan," ujar Ahmad Hariyono Ong, Ketua Takmir Masjid Cheng Ho.

Peletakan batu pertama Masjid Muhammad Cheng Ho berlangsung pada 15 Oktober 2001, bertepatan dengan peringatan Isra Mikraj.

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (2): Laser dan 999 Lampion Al Akbar Hadir Sepanjang Ramadan

Proses pembangunannya dimulai pada 10 Maret 2002. Rampung dalam tujuh bulan. Hingga diresmikan pada 13 Oktober pada tahun yang sama. 

Dengan bangunan utama berukuran 11 x 9 meter, masjid itu menjadi pusat ibadah dan kegiatan keagamaan bagi muslim Tionghoa di Surabaya.

Hingga kini, hari jadinya diperingati setiap 12 Oktober. Pada 2025, usia Masjid Cheng Ho Surabaya telah mencapai 23 tahun.

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (3): Pasar Rakyat Jambangan Surga Takjil Al Akbar

Keunikan Masjid Cheng Ho terletak pada arsitekturnya yang sarat dengan nuansa Tionghoa. Desainnya terinspirasi dari Masjid Niujie di Beijing, masjid tertua di Tiongkok. Masjid itu berdiri sejak era Dinasti Liao. 

Bangunannya didominasi warna merah. Simbol kebahagiaan dalam budaya Tionghoa. Sementara itu, atap segi delapan atau Pat Kwa dalam filosofi Tionghoa melambangkan keberuntungan dan kejayaan.

Setiap elemen arsitektur di masjid itu memiliki filosofi khusus. Misalnya, ukuran bangunan utama 9 x 11 meter. Angka 9 melambangkan Wali Songo, para penyebar Islam pertama di Jawa.

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (4): Wujud Spirit Ekonomi Islam di Masjid Pemuda Indonesia

Sementara angka 11 merujuk pada ukuran Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Jika dikalikan, hasilnya 99. Mencerminkan Asmaul Husna, nama-nama indah Allah.

"Pengunjung non-muslim juga sering datang ke masjid ini. Mereka penasaran dengan sejarah masjid dan perpaduan budayanya. Ada juga yang sekadar mengabadikan momen lewat foto," terang Ahmad.

Kategori :