Fakta-Fakta Eritrea, Negara Kecil di Afrika bagian Timur

Minggu 13-04-2025,10:00 WIB
Reporter : Devina Putri Dwi Prasetyo*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Sistem negara itu sering menjadi sorotan dunia internasional. Karena tidak mengadakan pemilu secara berkala dan adanya kontrol ketat terhadap media, oposisi, serta kebebasan sipil.

BACA JUGA:Prabowo Sebut Negara-Negara Afrika Teladani Indonesia Dalam Hal Pembangunan

Meski begitu, pemerintah Eritrea menekankan pentingnya kemandirian nasional, menghindari ketergantungan pada bantuan asing, dan berfokus pada pengembangan infrastruktur dan swasembada.


Bangunan Katedral di kota Keren, Eritrea.-@pinterest-Pinterest

Bagaimana dengan kondisi ekonomi dari negara itu?

Ekonomi Eritrea didominasi oleh sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan. Terutama emas, tembaga, dan seng.

BACA JUGA:Afrika Selatan Tuduh Israel Sengaja Ciptakan Kondisi Gaza Tidak Layak Huni

Selain itu, potensi pariwisata Eritrea cukup besar. Karena keindahan alam dan warisan sejarahnya. Meski belum sangat berkembang karena berbagai tantangan politik dan infrastruktur.

Eritrea dulu merupakan bagian dari kerajaan kuno. Seperti Kerajaan Aksum, salah satu peradaban besar di Afrika Timur. Kerajaan itu dikenal karena hubungan dagangnya dengan Romawi, India, dan Arab.

Pada akhir abad ke-19, Eritrea dijajah oleh Italia dan menjadi koloni hingga Perang Dunia II. Setelah kekalahan Italia, wilayah itu kemudian berada di bawah administrasi Inggris dan akhirnya digabungkan dengan Ethiopia pada tahun 1952 dalam bentuk federasi.

BACA JUGA:Indonesia Bikin Grand Design Pembangunan untuk Afrika

Namun, keinginan rakyat Eritrea untuk merdeka menyebabkan perang panjang selama 30 tahun, yang akhirnya berakhir dengan kemerdekaan resmi Eritrea pada tahun 1993. Melalui referendum yang didukung mayoritas rakyatnya.

Eritrea memiliki banyak bahasa dan budaya. Dengan dua agama utama serta sembilan suku. Masing-masing suku bertutur dalam bahasa yang berbeda.

Negara itu tidak memiliki bahasa resmi. Tetapi menggunakan tiga bahasa kerja de facto, yaitu bahasa Tigrinya, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.

BACA JUGA:Kisah Mendiang Pele yang Bisa Hentikan Perang di Afrika

Tak hanya itu, bahasa Italia menjadi bahasa keempat yang digunakan untuk perdagangan. Selain keempat bahasa itu, ada sembilan bahasa nasional lainnya. Tiga di antaranya adalah bahasa Tigrinya, Tigre, dan Afar.

Kategori :