HARIAN DISWAY - Dalam beberapa tahun terakhir, aplikasi kencan telah mengalami evolusi yang signifikan. Awalnya dipandang sebagai platform alternatif untuk bertemu pasangan. Kini, aplikasi itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial modern.
Perkembangan teknologi, terutama tingginya penggunaan ponsel pintar, serta pergeseran norma sosial dalam cara individu menjalin hubungan, turut mendorong penggunaan aplikasi kencan secara luas.
Namun, di balik popularitasnya yang terus meningkat, penggunaan aplikasi kencan tidak lepas dari berbagai risiko.
BACA JUGA:Jomblo Merapat! Inilah 7 Rekomendasi Aplikasi Kencan Online Terbaik dan Aman Digunakan
Hal itu kemudian menimbulkan pertanyaan yang menarik: mengapa di tengah berbagai risiko yang ada, aplikasi kencan justru tetap diminati dan digunakan secara luas oleh masyarakat? Berikut berbagai faktanya.
Daya Tarik yang Beragam
Beragam motivasi pengguna mulai dari cari jodoh hingga hiburan semata-studioroman-
Motivasi pengguna aplikasi kencan sangat bervariasi. Ada yang serius mencari pasangan hidup, ada yang hanya ingin kencan santai. Bahkan ada yang sekadar ingin bersosialisasi atau mencari hiburan.
Bagi sebagian orang, aplikasi itu juga menjadi alat validasi diri — menerima “like” atau kecocokan profil bisa memberi dorongan psikologis dan rasa percaya diri.
Di sisi lain, kepraktisan menjadi nilai tambah utama. Aplikasi itu memungkinkan pengguna menjelajah calon pasangan dari mana saja, kapan saja, tanpa perlu menghadiri banyak acara sosial.
BACA JUGA:Survei Buktikan Banyak User Sudah Punya Pasangan, Ini Tip Aman Gunakan Dating App
Fitur pencocokan berbasis algoritma, kemudahan antarmuka, dan efisiensi waktu menjadikan platform itu solusi praktis bagi mereka yang sibuk. Atau mereka yang sulit bergaul secara langsung.
Risiko yang Tak Bisa Diabaikan
Berbagai risiko serius seperti pelecehan, penipuan, dan tekanan emosional disebabkan aplikasi kencan-Elnur-
Namun di balik kelebihannya, aplikasi kencan menyimpan berbagai risiko serius. Mulai dari pelecehan seksual dan penipuan identitas (catfishing), hingga penipuan finansial dan eksploitasi emosional.
Banyak pula yang mengalami dampak psikologis. Seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya harga diri akibat penolakan berulang atau ghosting.
Selain itu, aspek keamanan fisik dan privasi data juga menjadi perhatian utama. Kasus penguntitan, pemerasan, hingga kekerasan fisik saat pertemuan langsung bukan hal yang langka.