Bahkan ada fitur sinkronisasi antarperangkat, pengingat otomatis, serta integrasi dengan sistem kerja lain seperti email dan aplikasi manajemen tugas.
Digital planner sangat mendukung efisiensi, terutama bagi mereka yang bekerja di lingkungan dinamis dan membutuhkan penyesuaian cepat.
Bullet journal, yang dipopulerkan oleh Ryder Carroll pada 2013, menawarkan sistem pencatatan manual berbasis buku kosong. --Pinterest
BACA JUGA: Seluk Beluk Kepribadian Ganda atau DID yang Sering disalahartikan
Tipe kepribadian seperti ESTJ atau INTJ cenderung lebih cocok dengan sistem ini, karena mereka menyukai struktur, kejelasan, dan hasil yang bisa diukur.
Meski demikian, sisi digital juga bukan tanpa kekurangan. Beberapa orang merasa terlalu tergantung pada layar, kehilangan kedekatan emosional dalam proses perencanaan. Tidak semua orang nyaman dengan notifikasi atau antarmuka yang kaku.
Sebagian pengguna bahkan kembali ke sistem manual karena merasa lebih fokus saat menulis tangan, seperti yang dijelaskan dalam survei dari Statista pada 2022: 31 persen responden di Amerika Serikat masih memilih mencatat secara manual meskipun sudah tersedia banyak aplikasi perencana digital.
BACA JUGA: 5 Ciri Kepribadian yang Dikagumi dan Dihormati, Simak Barangkali Anda Salah Seorang Itu
Jawabannya bergantung pada kebutuhan, karakter, dan ritme harian masing-masing individu. Tidak ada sistem yang benar-benar sempurna, tapi memahami cara kerja masing-masing bisa membantu memilih metode yang lebih sesuai.
Bullet journal cocok untuk mereka yang menghargai proses, estetika, dan kebebasan. Sementara itu, digital planner lebih ideal untuk lingkungan kerja cepat, sistematis, dan kolaboratif.
Daripada memilih satu dan menolak yang lain, ada pula yang menggabungkan keduanya: mencatat ide kreatif di jurnal fisik, namun menyusun jadwal kerja di kalender digital. Pendekatan campuran ini mencerminkan kebutuhan era modern: tetap terhubung tanpa kehilangan sentuhan personal.
BACA JUGA: 7 Tip Manajemen Waktu yang Efektif, Bongkar Kebiasaan Buruk
Pada akhirnya, baik tinta di kertas maupun ketukan di layar sama-sama hanya alat. Yang terpenting bukanlah bagaimana seseorang mencatat rencananya, tetapi bagaimana ia tetap berkomitmen untuk menjalankannya. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya