Suara dalam Kepala Ciptaan NOAH: Kritik Sosial yang Berani atau Sekadar Nostalgia 2000-an?

Selasa 22-04-2025,17:00 WIB
Oleh: Teddy Afriansyah*

 

Perlu juga dicatat bahwa kolaborasi antar-generasi semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya ada kolaborasi antara Iwan Fals dengan musisi muda, atau bahkan proyek bersama antara legenda rock dan rapper.

Namun, "Suara dalam Kepala" tetap menonjol karena berani mengangkat tema spesifik tentang kesehatan mental dengan pendekatan yang lebih personal.

BACA JUGA: Meningkatnya Kesadaran Kesehatan Mental di Tahun 2025: Tips Menjaga Keseimbangan Emosi di Era Digital

Nostalgia 2000-an: Kekuatan atau Kelemahan? 

NOAH yang merupakan kelanjutan dari Peterpan, identik dengan musik era 2000-an yang sarat dengan lirik melankolis. Lagu-lagu seperti "Mungkin Nanti" atau "Ada Apa Denganmu" juga berbicara tentang kegalauan dan pencarian jati diri.

"Suara dalam Kepala" seolah melanjutkan tradisi itu, tetapi dengan sentuhan generasi Z. Kolaborasi dengan Ramengvrl, seorang rapper perempuan yang vokal, memberi warna baru. Namun, pertanyaannya: apakah ini inovasi, atau sekadar taktik untuk tetap relevan di industri musik yang terus berubah? 

 

Nostalgia bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, dapat menarik perhatian penikmat lagu lama yang merindukan era 2000-an. Di sisi lain, dapat berisiko terjebak dalam repetisi tanpa membawa pembaruan yang berarti.

BACA JUGA: 5 Penyebab Gangguan Mental dan Cara Mengatasinya

Respon Kritis dan Dampak Budaya


Lagu ini memicu diskusi tentang representasi mental health di media populer.-@ramengvrl-Instagram

Respon terhadap "Suara dalam Kepala" terbagi menjadi beberapa kubu. Di satu sisi, banyak yang memuji keberanian NOAH berkolaborasi dengan artis yang sangat berbeda genre. Di sisi lain, tidak sedikit yang mengkritik lagu ini sebagai eksploitasi isu kesehatan mental untuk keuntungan komersial.

Dari perspektif dampak budaya, lagu ini berhasil memicu diskusi terkait representasi kesehatan mental dalam musik pop, dinamika kolaborasi antar-generasi di industri musik, dan evolusi sound NOAH pasca-reformasi Peterpan.

Yang menarik adalah bagaimana lagu ini dibahas di berbagai platform, dari review musik hingga thread X tentang kesehatan mental. Beberapa psikolog bahkan menjadikannya contoh dalam diskusi tentang representasi gangguan kecemasan dalam media populer.

BACA JUGA: 5 Manfaat Olahraga Pagi untuk Kesehatan Mental dan 5 Tip Memulainya

Namun, kritik utama yang muncul adalah bahwa lagu ini tidak memberikan perspektif yang cukup mendalam tentang solusi atau pemahaman yang lebih komprehensif tentang isu kesehatan mental.

Maka, kritik tersebut berhasil menggambarkan gejala, tetapi tidak menawarkan wawasan yang lebih dalam tentang penyebab atau cara mengatasinya.

Kritik Sosial atau Hanya Ekspresi Personal?

Kategori :