Alasan Di Balik Kebiasaan Membeli Barang yang Tidak Dibutuhkan

Sabtu 26-04-2025,08:00 WIB
Reporter : Adinda Septia Salsabillah*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Dari sisi psikologis, pengalaman berbelanja merangsang otak untuk melepaskan dopamin. Yaitu zat kimia yang memberi rasa senang.

Meski efeknya tidak bertahan lama, dorongan untuk mengulang pengalaman tersebut akan terus-menerus muncul. Jika tidak dikendalikan, hal itu bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.

BACA JUGA:Belanja Online Kini Makin Mudah dengan Tiktok Shop, Yuk Pelajari Fiturnya

Budaya konsumsi yang ada dalam masyarakat juga memperkuat kebiasaan itu. Kepemilikan barang sering kali dikaitkan dengan modernitas, keberhasilan, atau nilai diri.

Sementara, hidup dengan barang secukupnya terkadang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga akan dianggap tertinggal.

Dampak dari kebiasaan itu tidak hanya dirasakan secara pribadi. Tetapi juga meluas ke aspek lain. Keuangan pribadi bisa terganggu jika pembelian dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Selain itu, konsumsi berlebih akan berkontribusi pada meningkatnya limbah dan kerusakan pada lingkungan.

BACA JUGA:Belanja Lewat Live Streaming: Shopee Live Unggul Jadi Pilihan Penjual, Didorong Inovasi dan Manfaat Berkelanjutan

Langkah awal untuk mengatasinya adalah dengan membangun kesadaran terhadap pola konsumsi pribadi. Seperti menunda keputusan membeli, mengevaluasi kebutuhan dengan jujur, dan menetapkan prioritas. 

Membangun pola konsumsi yang lebih bijak bukan berarti menolak kemajuan. Bukan pula menjadikan hidup dalam keterbatasan.

Justru dengan memilah kebutuhan secara sadar, seseorang dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki secara lebih tepat. Hal itu juga berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih stabil. Baik secara mental maupun finansial.

BACA JUGA:Tren Belanja Akhir Tahun: Transaksi Brand Lokal dan UMKM Kategori Fashion dan Beauty di Shopee Naik Berlipat-lipat

Mengendalikan keinginan untuk membeli tanpa kebutuhan bukanlah proses yang instan. Dibutuhkan latihan, kesadaran, serta pemahaman. Bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh jumlah barang yang dimiliki.

Dengan mengubah cara pandang, seseorang dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang, terarah, dan berkelanjutan. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kategori :