5 Tanda-Tanda Perilaku Attention Seeking

Selasa 29-04-2025,16:00 WIB
Reporter : Khoirun Nisa'i Astutik*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY – Perilaku attention seeking adalah suatu bentuk tindakan di mana individu secara sadar atau tidak sadar berupaya menarik perhatian orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.

Perilaku ini dapat muncul dalam berbagai bentuk mulai dari sikap yang dramatis, pencarian validasi berlebihan hingga perilaku provokatif yang bertujuan untuk mendapatkan respons sosial.

Pada dasarnya, keinginan untuk diperhatikan adalah bagian alami dari dinamika sosial manusia. Namun, ketika kebutuhan tersebut berkembang menjadi tuntutan yang berlebihan, perilaku tersebut bisa mengganggu stabilitas hubungan interpersonal.

BACA JUGA: Gejala Serangan Jantung pada Perempuan: Kenapa Sering Tidak Disadari?

Juga bisa memicu ketegangan emosional serta menciptakan pola komunikasi yang tidak sehat. Di dalam keluarga, perilaku ini bisa menimbulkan ketegangan emosional karena anggota keluarga merasa kelelahan secara psikologis.

Itu akibat harus terus-menerus memenuhi kebutuhan perhatian seseorang. Dalam pertemanan, sikap mencari perhatian berlebih dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan dan membuat orang lain merasa hubungan tersebut menjadi beban.

Di lingkungan profesional, perilaku ini bahkan bisa mengganggu dinamika kerja sama tim, menurunkan produktivitas serta merusak kepercayaan antar-rekan kerja.

BACA JUGA: Penyebab Seseorang Kecanduan Olahraga

Oleh sebab itu, memahami tanda-tanda perilaku attention seeking menjadi penting agar dapat memberikan respons yang lebih bijaksana, menumbuhkan empati tanpa membenarkan perilaku yang manipulative serta mendorong terciptanya lingkungan sosial yang lebih positif dan suportif.

1. Sering Membesar-besarkan Masalah

Individu yang menunjukkan perilaku attention seeking umumnya memiliki kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah yang mereka alami.

Masalah-masalah kecil yang sebenarnya tidak berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari bisa dipresentasikan seolah-olah sebagai krisis yang berat dan memerlukan perhatian segera.

BACA JUGA: Guilt Tripping, Manipulasi Emosional yang Sering Tak Disadari

Mereka mungkin menggunakan bahasa emosional yang berlebihan atau mengulang-ulang cerita dengan penekanan dramatis untuk menarik simpati dari orang-orang di sekitarnya.

Strategi ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian dan mendapatkan validasi namun dalam jangka panjang justru dapat menyebabkan kelelahan emosional bagi pihak lain yang terlibat dalam interaksi tersebut.

Kategori :