Terlalu sering mencari validasi di media sosial bisa membuat lupa bahwa nilai diri sejati tidak hanya ditentukan oleh jumlah suka atau komentar. --Freepik
2. Mencari Validasi Berlebihan di Media Sosial
Dalam era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu sarana utama untuk menunjukkan perilaku attention seeking. Mereka yang mencari perhatian secara berlebihan cenderung sangat aktif membagikan aspek kehidupan pribadinya secara terus-menerus bahkan untuk hal-hal yang bersifat sangat personal.
BACA JUGA: Deteksi Dini Pneumonia pada Anak, Kenali Gejala Napas Cepat
Postingan yang mereka buat tidak hanya bertujuan untuk berbagi informasi, melainkan juga untuk memperoleh pengakuan, dukungan, dan validasi dari publik dalam bentuk tanda suka, komentar, maupun pesan pribadi.
Ketergantungan yang tinggi terhadap respons di media sosial dapat memicu kecemasan sosial, meningkatkan rasa ketidakpuasan diri serta membentuk citra diri yang bergantung pada penilaian orang lain.
3. Bertindak Provokatif atau Kontroversial
Tindakan provokatif atau penyampaian pendapat yang kontroversial sering kali menjadi strategi lain yang digunakan individu untuk mendapatkan perhatian. Mereka mungkin sengaja mengutarakan pandangan ekstrem, membicarakan topik sensitif, atau melanggar norma sosial tertentu agar menjadi pusat perhatian.
BACA JUGA: Memahami Pola Attachment Fearful-Avoidant, Dari Akar Masalah hingga Dampaknya
Melalui tindakan ini berharap memicu diskusi, perdebatan, atau bahkan konflik yang membuat posisi mereka tetap menjadi fokus utama.
Meskipun pendekatan ini mungkin efektif dalam jangka pendek dalam jangka panjang dapat memperburuk reputasi sosial, memperbesar jarak dengan orang lain serta menciptakan stigma negatif yang sulit untuk diubah.
Tindakan provokatif sering kali memicu reaksi luas dari masyarakat karena mampu menggugah emosi, membentuk opini, dan mengubah arah pembicaraan publik. --Freepik
4. Menginterupsi atau Mendominasi Percakapan
Dalam situasi sosial, individu dengan kecenderungan attention seeking sering menunjukkan perilaku menginterupsi pembicaraan orang lain secara berulang.
BACA JUGA: Fetish: Gejala dan Cara Mengatasinya
Mereka berusaha mengambil alih jalannya percakapan dan mengarahkan kembali fokus kepada diri mereka sendiri meskipun topik yang sedang dibahas tidak relevan dengan pengalaman atau perasaan mereka.