HARIAN DISWAY - Hyper independence adalah kondisi di mana seseorang merasa harus melakukan segala sesuatunya sendiri, menolak bantuan orang lain, bahkan saat bantuan itu diperlukan. Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak bergantung pada orang lain sama sekali.
Di permukaan, sikap ini seringkali tampak seperti kekuatan atau ketangguhan. Namun, di baliknya, ada berbagai alasan emosional dan psikologis yang lebih dalam yang mendorong seseorang menjadi begitu mandiri hingga ekstrem.
Salah satu alasan utama adalah trauma masa lalu. Banyak individu yang mengalami pengkhianatan, penelantaran, atau kekecewaan di masa kecil. Baik dari orang tua, teman, maupun orang-orang terdekat lainnya.
BACA JUGA: Alasan Psikologis Mengapa Wanita Lebih Ekspresif dalam Berkomunikasi
Trauma ini menciptakan keyakinan bahwa bergantung pada orang lain hanya akan berujung pada rasa sakit. Akibatnya, mereka belajar untuk hanya mengandalkan diri sendiri sebagai bentuk perlindungan diri.
Pengalaman ditinggalkan juga bisa menjadi sebab seseorang menjadi hyper independence. Seorang anak yang tumbuh tanpa kehadiran emosional atau fisik dari figur penting (seperti orang tua) akan belajar sejak dini bahwa tidak ada yang bisa diandalkan selain dirinya sendiri.
Ketika sudah dewasa, kebiasaan ini melekat kuat, membuat mereka merasa tidak nyaman atau bahkan bersalah jika meminta bantuan. Mereka cenderung memilih untuk merepotkan diri sendiri ketimbang orang lain.
Hyper independence adalah kondisi di mana seseorang merasa harus melakukan segala sesuatunya sendiri, menolak bantuan orang lain, bahkan saat bantuan itu diperlukan. --Pinterest
Selain itu, kultur sosial juga berperan besar. Dalam masyarakat yang sangat memuja kemandirian dan pencapaian individu, seringkali orang merasa ditekan untuk sukses di kaki sendiri tanpa mengandalkan siapa pun.
Mereka takut dicap lemah, tidak kompeten, atau bergantung karena sering menerima bantuan orang lain. Seiring waktu, tekanan eksternal ini membentuk pola pikir internal bahwa meminta bantuan sama dengan kegagalan.
Perfeksionisme juga berkontribusi terhadap hyper independence. Seseorang yang perfeksionis seringkali percaya bahwa hanya dirinya lah yang bisa menyelesaikan sesuatu dengan benar. Mereka sulit mempercayai orang lain untuk melakukan tugas sesuai standar mereka.
BACA JUGA: Trust Issue dan Dampaknya ke Kondisi Psikologis
Inilah yang akhirnya membangun pola isolasi, di mana mereka lebih memilih bekerja sendirian daripada merasa kecewa atau tidak puas bahkan frustrasi oleh kinerja orang lain yang menurut mereka tidak sesuai.
Faktor lain adalah rasa takut kehilangan kontrol. Beberapa orang mengembangkan hyper independence sebagai cara untuk mengendalikan hasil hidup mereka. Meneima bantuan orang lain berarti membiarkan unsur ketidakpastian masuk, dan bagi mereka yang pernah merasa tak berdaya atau dikendalikan, ini sangat menakutkan.
Tidak kalah penting adalah ketidakpercayaan yang mendalam terhadap orang lain sering kali menjadi pondasi hyper independence. Pengalaman dikhianati, disalahgunakan, atau dimanfaatkan membuat mereka enggan percaya bahwa ada orang yang benar-benar tulus ingin membantu tanpa niat lain.