Pailleter Bisa Jadi Jerat Finansial bagi Anak Muda, Mengapa?

Kamis 08-05-2025,17:30 WIB
Reporter : Susi Laksmita Pratiwi*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Belanja online kini makin praktis, apalagi dengan kemudahan metode pembayaran paylater. Cukup satu klik, barang bisa langsung dikirim meski gaji belum cair.

Tak heran, layanan ini menjadi primadona di kalangan anak muda yang menginginkan fleksibilitas dan kenyamanan dalam bertransaksi.

Namun, di balik kemudahan tersebut, tersembunyi risiko yang tidak kecil. Jika tak bijak mengelola penggunaan paylater, gaya hidup konsumtif justru bisa menjadi jerat finansial yang sulit dilepaskan.

BACA JUGA: Sudah Lunasi Paylater, tapi Tagihan Masih Muncul? Begini Alasannya! 

Kemudahan yang Menjebak


Paylater menawarkan kemudahan transaksi, namun tak jarang memicu gaya hidup konsumtif yang bisa berujung pada kesulitan finansial.--Getty Images

Sekilas, layanan paylater terlihat seperti solusi ideal, bisa membeli barang impian sekarang dan membayarnya nanti. Fitur ini sangat menggoda, terutama bagi anak muda yang ingin tetap mengikuti tren tanpa harus langsung merogoh kocek dalam-dalam.

Bahkan, banyak platform e-commerce dan aplikasi digital kini secara otomatis menawarkan aktivasi paylater hanya dengan beberapa klik. Tampilan user interface yang dibuat ramah dan minim hambatan membuat proses transaksi terasa ringan.

Tidak perlu verifikasi berlapis, cukup upload KTP dan selfie, limit bisa langsung cair. Inilah yang membuat banyak orang lupa bahwa mereka sebenarnya sedang berutang.

BACA JUGA: Hati-Hati! Inilah Risikonya jika Tidak Membayar Tagihan Shopee PayLater

Tak hanya itu, banyaknya promo seperti cicilan 0 persen, cashback, hingga bebas biaya admin membuat pengguna tergoda membeli lebih dari yang dibutuhkan.

Produk-produk konsumtif seperti fashion, barang elektronik, hingga liburan pun terasa lebih “terjangkau” dengan skema paylater. Padahal, jika dikalkulasi, pembayaran bulanan bisa memberatkan jika dilakukan bersamaan dengan kebutuhan pokok lain.

Kebiasaan ini memicu fenomena belanja impulsif. Banyak pengguna merasa "tidak rugi" karena tak mengeluarkan uang di awal, padahal beban finansial tetap harus ditanggung dalam jangka waktu tertentu.

BACA JUGA: Alasan Banyak Anak Muda Tergoda Pinjol

Lebih buruk lagi, bagi sebagian pengguna, paylater menjadi ‘pintu masuk’ ke pola konsumsi berbasis utang. Awalnya hanya belanja kecil-kecilan, namun lama-lama bisa menjalar ke kebutuhan sekunder dan tersier yang sebenarnya bisa ditunda.

Anak Muda Jadi Target Utama


Generasi muda, dengan karakteristik dinamis dan melek teknologi, sering menjadi target layanan paylater, membuatnya rentan terhadap masalah keuangan.-Przemek Klos-

Kategori :