Pemerintah Siapkan Proyek Hilirisasi Senilai USD 45 Miliar, Groundbreaking Dimulai Bulan Juni 2025

Sabtu 24-05-2025,11:39 WIB
Reporter : Aiska Safna Fitri*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY – Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan proyek hilirisasi strategis dengan total nilai investasi mencapai senilai USD 45 miliar atau sekitar Rp720 triliun.

Proyek ini digadang-gadang menjadi salah satu program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui industrialisasi dan transisi energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampikan bahwa proyek hilirisasi yang akan segera dijalankan ini mencakup berbagai sektor strategis dan siap memasuki tahap realisasi fisik.

"Total investasinya kurang lebih sekitar hampir USD 45 miliar yang akan langsung kita jalankan. Groundbreaking akan dilakukan di bulan Juni," ujar Bahlil usai rapat terbatas bersama presiden di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Jumat, 23 Mei 2025.

BACA JUGA:Dorong Investasi dan Pertumbuhan 8%, BP Batam Dapat Dukungan Penuh Prabowo

BACA JUGA:Fenomena Premanisme dan Ancaman terhadap Iklim Investasi

Ia menambahkan, proyek-proyek tersebut telah melalui proses koordinasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi, Kementerian Investasi, serta kementerian teknis lainnya. 

“Ini adalah kolaborasi antara satgas, Kementerian Investasi, dan kementerian teknis. Kita sudah detail sekali bicarakan proyek ini,” tuturnya.

Kerja sama ini tentunya akan memastikan kesiapan baik dari sisi regulasi, teknis, maupun pendanaan.

Bahlil mengungkapkan, sejumlah sektor yang menjadi fokus dalam proyek hilirisasi antara lain nikel, bauksit, Dimethyl Ether (DME) batu bara, pembangunan fasilitas refinery dan storage, serta sektor perikanan, pertanian, perkebunan, dan juga kehutanan. 

BACA JUGA:PGN Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi untuk Perkuat Hilirisasi Migas

Selain itu, Bahlil juga menyoroti salah satu program unggulan dalam proyek tersebut, yakni pengembangan ekosistem industri baterai mobil listrik milik Indonesia, yang dinilai sebagai langkah strategis dalam mendukung transisi energi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM).

“Selama ini kan kita minoritas, jadi sekarang kita mau bikin mayoritas,” katanya.

Bahlil mengungkapkan bahwa selain fokus membangun ekosistem baterai untuk mobil listrik, Pemerintah di masa mendatang akan memperluas cakupan produksi baterai untuk kendaraan roda dua. 

"Kita akan bangun ekosistem baterai untuk motor. Karena saat ini ada sekitar 140 juta motor yang di jalan, ini untuk bagaimana melakukan substitusi terhadap pemakaian BBM dalam rangka mendorong transisi energi,” jelas Bahlil.

Kategori :