HARIAN DISWAY — Kabar baik datang dari Tanah Suci. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI, Hilman Latief, mengumumkan bahwa progres penerbitan Kartu Nusuk untuk jamaah haji Indonesia telah mencapai angka di atas 90 persen.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Hilman saat ditemui di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, pada Kamis, 23 Mei 2025.
Ia menyebutkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja sama intensif antara petugas haji Indonesia, penyedia layanan lokal, serta Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
“Beberapa hari lalu, angka penerbitan Nusuk masih berkisar 70–82 persen. Alhamdulillah, kini sudah di atas 90 persen, bahkan ada yang mencapai 95–97 persen,” ujar Hilman.
BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (13): Wakaf Habib Bugak Mengalir selama 2 Abad
BACA JUGA:Menjelang Wukuf, Ini Imbauan Penting untuk Jamaah Haji Perempuan
Strategi Baru Percepat Proses Pendistribusian
Menurut Hilman, percepatan distribusi Kartu Nusuk tidak lepas dari strategi baru yang mulai diterapkan sejak sepekan terakhir.
Tim petugas haji Indonesia lebih sistematis dalam mendata kedatangan jamaah, mendistribusikan mereka ke hotel, sekaligus mengidentifikasi siapa saja yang belum menerima kartu.
“Sudah ada mekanisme yang kami terapkan agar proses ini lebih cepat dan terkoordinasi. Harapannya, ritme ini bisa terus berlanjut agar jemaah bisa lebih mudah beribadah di Masjidil Haram," ujarnya.
Inovasi Digital: Aplikasi Tawakkalna
Selain versi fisik, Kartu Nusuk juga tersedia dalam bentuk digital melalui aplikasi Tawakkalna. Ini menjadi salah satu inovasi penting yang memudahkan akses jamaah.
“Sebagian besar jemaah sudah mencoba versi digital ini dan menyebarkannya ke jemaah lain. Bahkan, kartu ini bisa diunduh ke smartphone dan digunakan setiap saat,” tambahnya.
BACA JUGA:Air Mata Aman Kaisuku di Makkah, Perjalanan Haji yang Tak Pernah Ia Duga
BACA JUGA:Tips Wukuf untuk Jamaah Haji Wanita, Pakai Diaper Biar Bersih dan Aman
Untuk menghindari kekacauan data, Hilman menegaskan bahwa semua kendala seperti perbedaan data akibat perubahan embarkasi, pembatalan, atau pemindahan jemaah telah diselesaikan.
“Data jemaah kami kunci 17 jam sebelum keberangkatan. Ini menjadi rujukan bersama antara Kemenag, penyedia layanan (Wukala), dan pusat layanan di Arab Saudi,” jelasnya.