HARIAN DISWAY – Jujutsu Kaisen adalah anime yang keras. Dunia dalam ceritanya dipenuhi kutukan, darah, dan kehilangan. Tapi di balik semua itu, ia juga menyimpan satu hal yang tak kalah kuat: daya tarik karakter-karakter laki-lakinya.
Di antara monster dan mantra-mantra rumit, berdiri empat tokoh lelaki yang bukan cuma mencuri perhatian karena kekuatannya. Tapi juga karena cara mereka membawa diri.
Gojo Satoru, si manusia paling kuat. Nanami Kento, si pekerja kantoran paling elegan. Toji Fushiguro, pembunuh dingin dengan gaya cuek. Dan Suguru Geto, mantan sahabat yang kini seperti pemimpin sekte.
Mereka bukan sembarang karakter. Masing-masing hadir dengan prinsip, luka, dan gaya. Tidak cuma gaya bertarung, tapi juga gaya berpakaian. Gaya hidup. Gaya berpikir.
BACA JUGA:Universal Fan Fest Nights 2025: Surganya One Piece & Jujutsu Kaisen
BACA JUGA:Anime Jujutsu Kaisen Ada Adaptasi Game-nya Lho, Catat Tanggal Rilisnya!
Mereka punya caranya sendiri untuk berdiri di tengah dunia yang penuh kegelapan. Dan dari situ, kita belajar satu hal: kadang, kepribadian seseorang bisa dibaca dari cara ia mengenakan jaket. Atau memilih warna dasi. Empat lelaki. Empat kepribadian. Empat potret maskulinitas yang tak harus keras, tapi tetap mengesankan.
1. Gojo Satoru
Kepribadian extrovert dibarengi pakaian yang simpel nan elegan bisa membuatmu tampak seperti Gojo Satoru. --Vrogue
Gojo Satoru tidak berjalan. Ia melenggang. Bahkan di medan perang. Ia suka bercanda. Suka membuat orang kesal. Tetapi juga suka melindungi. Dalam satu adegan, ia tertawa keras. Di adegan lain, ia menghancurkan musuh tanpa menyentuh. Semudah menepuk debu dari bahu.
Dan ia tahu dirinya kuat. Mungkin terlalu tahu. Karena itu ia sering main-main. Tapi di balik semua kelakar, ada luka yang dalam. Luka karena kehilangan. Luka karena harus terus menjadi yang paling kuat. Karena tahu bahwa satu-satunya yang bisa melindungi dunia, ya cuma dirinya sendiri.
Gojo berpakaian serba hitam. Bukan karena ingin menyatu dengan kegelapan, tapi karena warna itu membuatnya lebih terang. Lebih mencolok. Di matanya, hitam bukan simbol duka. Tapi kanvas untuk menampilkan dirinya sepenuhnya.
BACA JUGA:New Trailer Jujutsu Kaisen: Parade Malam 100 Iblis di Shibuya Dimulai 31 Agustus!
BACA JUGA:Mengenal Guts Dari Anime Berserk, Sosok Tangguh yang Berjuang di Tengah Suramnya Dunia
Penutup mata? Simbol dari pengendalian diri. Tapi juga jadi gaya. Kalau dia hidup di Surabaya, mungkin dia akan jadi influencer dengan kacamata hitam tipis, jaket panjang, dan sepatu putih mengkilap. Jenis lelaki yang datang telat ke acara, tapi tetap ditunggu.
Gaya Gojo bukan untuk menyembunyikan. Tapi untuk mengingatkan: bahwa kekuatan, jika tak dibalut percaya diri, hanya akan jadi beban.
2. Nanami Kento
Tidak banyak omong bukan halangan untuk tak disukai perempuan, tinggal berpakaian rapi ala Nanami Kento maka kamu akan dilirik. --Sportkeeda
Jika Gojo seperti api unggun di tengah malam, maka Nanami adalah lilin yang tenang di meja kerja. Ia tak suka ribut. Tak suka basa-basi. Dalam anime, ia digambarkan sebagai pria kantoran yang kembali menjadi penyihir karena keadaan dunia gaib yang mulai tak stabil.
Jas, kemeja, dasi. Warna-warna netral. Motif yang tak mencolok. Tapi potongannya rapi. Langkahnya mantap. Ia seperti guru matematika yang tak suka salah hitung.
BACA JUGA:Belajar Dari Ippo: Ketika Tinju Menemukan Rumah di Hati yang Pemalu
BACA JUGA:Belajar Dari Naruto Uzumaki yang Pantang Menyerah
Bukan berarti ia dingin. Justru sebaliknya. Ia peduli. Tapi ia memilih menunjukkan kepedulian lewat tindakan. Bukan kata-kata. Nanami adalah jenis pria yang kalau temannya sakit, ia tak berkata “semoga cepat sembuh”. Tapi langsung datang bawa bubur panas, dan bilang: “makan dulu”.
Gayanya tak berubah, bahkan saat bertarung. Seolah ia bilang: “kebrutalan tak perlu terlihat berantakan”.
Di dunia nyata, Nanami mungkin akan bekerja di kantor hukum atau konsultan keuangan. Pulang tepat waktu. Pakai jam tangan kulit cokelat dan sepatu yang disemir tiap hari.
Jenis lelaki yang menghargai waktu, dan diam-diam menghargai orang lain. Dari Nanami kita belajar: menjadi dewasa tak harus membosankan. Bisa rapi. Bisa tenang. Dan tetap kuat.
BACA JUGA:Memahami Tiga Generasi Manusia Api di Anime Fire Force
BACA JUGA:5 Karakter Paling Penting di Kompi 8 Anime Fire Force
3. Toji Fushiguro
Bodo amat dengan fashion? Kamu bisa menyontoh Toji Fushiguro. --Gamerant
Toji bukan penyihir. Tapi ia bisa membunuh penyihir kelas atas. Itu sudah cukup membuat namanya ditulis dalam huruf tebal.
Tubuhnya kekar. Matanya tajam. Senyum? Hampir tidak ada. Ia hidup untuk bertahan. Bukan untuk mengesankan. Dan pakaiannya mencerminkan itu.
Kaos hitam ketat. Celana longgar. Sepatu lapangan. Tidak ada hiasan. Tidak ada simbol. Hanya baju yang bisa diajak berlari, bergelut, dan membunuh kalau perlu.
Toji adalah tipe lelaki yang kalau masuk kafe tidak akan duduk lama. Beli, minum, pergi. Tak ada waktu untuk selfie atau story Instagram.
BACA JUGA:5 Karakter Terkuat dalam Anime Fire Force
BACA JUGA:Kisah Asta di Anime Black Clover, Simbol Kegigihan di Dunia Penuh Sihir
Tapi justru gaya seperti itu yang membuat banyak penonton terpikat. Toji menunjukkan bahwa maskulinitas bisa datang dari kesederhanaan. Dari tubuh yang siap menghadapi dunia. Dari mata yang tak banyak bicara, tapi membaca semua.
Kalau Toji tinggal di Surabaya, mungkin ia akan jadi mekanik bengkel atau pelatih tinju. Pakai jaket kulit, sarung tangan kerja, dan selalu bawa pisau lipat di saku.
Toji adalah gaya yang tidak dirancang. Tapi muncul dari pengalaman hidup. Dan kadang, gaya seperti itu justru paling otentik.
4. Suguru Geto
Suka pakaian nyentrik? Coba gaya berpakaian ala dukun tampan Suuguru Geto. --wallhere
Dulu dia teman Gojo. Kini dia musuhnya. Tapi satu hal yang tak berubah: aura Geto tetap mengisi ruangan.
Ia tak banyak bicara. Tapi kata-katanya dalam. Ia tak suka kekerasan—kecuali perlu. Ia bukan pemimpin yang berteriak. Tapi pengikutnya patuh.
BACA JUGA:Belajar Dari Thorfinn, Karakter Anime Vinland Saga yang Menerapkan Stoic Dalam Hidupnya
BACA JUGA:5 Anime Paling Dinanti yang Tayang April 2025
Dan gayanya? Seperti biksu modern. Rambut panjang diikat rapi. Jubah hitam dengan potongan klasik. Nada warna yang lembut, tapi tetap menekan.
Geto seperti lelaki yang kalau bicara, semua orang mendengarkan. Bukan karena suaranya keras. Tapi karena isinya berat.
Di balik pakaian longgar dan langkah perlahan, tersembunyi karisma yang tak bisa diajarkan. Ia bukan seperti Gojo yang mencuri perhatian. Tapi seperti bayangan yang tak bisa dilepaskan.
Kalau Geto hidup di zaman ini, ia mungkin akan jadi penulis buku filsafat atau dosen budaya. Pakai outer kimono, celana katun lebar, dan tas selempang dari kulit. Jenis lelaki yang senang diskusi di kafe kecil, sambil menyeruput kopi hitam dan membaca Nietzsche.
BACA JUGA:5 Villain Anime Paling Jahat Sepanjang Masa
BACA JUGA:Trailer Anime Devil May Cry Sajikan Aksi Dante, Vergil dan Lady
Gaya Geto bukan untuk ditiru mentah-mentah. Tapi untuk dipahami: bahwa kadang, keheningan lebih lantang dari teriakan.
Empat pria. Empat gaya. Empat dunia. Jujutsu Kaisen mungkin bercerita soal kutukan dan pertarungan. Tapi lewat Gojo, Nanami, Toji, dan Geto, kita disodori refleksi tentang bagaimana seorang lelaki membawa diri.
Gaya bukan soal mahal atau merek. Tapi tentang seberapa jujur kita pada diri sendiri. Gojo yang percaya diri. Nanami yang disiplin. Toji yang apa adanya. Geto yang tenang. Semuanya berbicara lewat pakaian.
Dan kita, penonton dari dunia nyata, bisa belajar dari situ.
Tak perlu jadi penyihir untuk tampil berkarakter. Cukup tahu siapa diri kita. Dan berani menunjukkannya—entah lewat jaket favorit, kemeja kerja, atau bahkan sepatu yang sudah lama dipakai tapi nyaman.
Karena kadang, cara kita memilih pakaian, adalah cara kita memilih bertahan di dunia yang penuh “kutukan” ini. (*)